Rizieq Shihab ikut-ikutan speak up soal isu pesantren yang lagi rame belakangan ini. Tapi bukannya menenangkan, dia malah bikin suasana makin panas. Hal ini dibagikan sama akun TikTok @primegazette tanggal 20 Oktober lalu. Dalam postingan itu, kelihatan Rizieq lagi ceramah dan menyerang balik orang-orang yang kritik pesantren.
Dia bahkan bilang orang yang mengkritik pesantren itu “kurang ajar”. “Habis pesantren diserang, kurang ajar tidak?” katanya dengan nada tinggi. Katanya lagi, orang-orang yang kritik pesantren tuh bilang santri yang mendisiplinkan diri di pesantren disebut penindasan. Ngerapihin pondok dibilang eksploitasi, santri hormat ke kiai disebut feodalisme. Santri cium tangan kiai dibilang penghambaan, berdiri menyambut kiai malah disebut penyembahan.
“Kurang ajar tidak?” tanya Rizieq lagi, makin emosi. “Santri khidmat ke kiai dibilang perbudakan, saya mau tanya, ini fitnah bahaya tidak? Bahaya tidak?” lanjutnya. “Santri kasih hadiah ke kiai disebut pemerasan, kurang ajar saudara!” tambahnya. Netizen pun ramai-ramai berkomentar. “ini orang maunya apa bukan menyejukkan malah bikin panas” tulis seorang netizen. “Ceramah ga pernah ada yg mutu cuma maki-maki, apa yang di dapat para pengunjungnya, cuma kebencian” tulis netizen lain. “Habib seharusya mendamaikan menentramkan malah inimah .engadu memprovokasi keadaan. kacau” tulis yang lain.
Tapi sebenernya yang bikin suasana makin panas nggak cuma Rizieq. Pada 17 Oktober lalu, ratusan anggota Banser dan warga NU melakukan unjuk rasa di halaman Transmart, Bandung. Mereka ngelakuin itu sebagai bentuk protes terhadap tayangan program Xpose Unsencored di Trans7. Dalam aksi tersebut, massa menutup pintu masuk mal, memasang lakban, dan menuliskan kata “Disegel” dengan cat semprot di gerbang. Tapi yang bikin heboh, salah satu oratornya bilang gini: “Jangan sampai kader-kader Banser menggorok leher kalian. Seperti ada Banser menggoroh PKI”. “Halal darah kalian, apabila kalian mengolok-olok ulama Nahdlatul Ulama”, lanjutnya. Ucapan itu langsung bikin publik geger dan dikecam sebagai ancaman ekstrem.
Kami di PIS bisa memahami kemarahan saudara kita di pesantren gegara tayangan Xpose uncensored, tapi apa iya harus marah segitunya? Pertama, mereka demo di Transmart yang nggak ada hubungannya sama Trans 7. Kedua, kok narasinya kayak menghalalkan kekerasan gitu yaa? Tapi sebenarnya, kalau dilihat-lihat sih yang rame di media sosial akhir-akhir ini nggak semuanya bentuk kebencian atau serangan ke pesantren. Tapi juga kritik. Kritik dari orang-orang yang mungkin nggak tumbuh di lingkungan pesantren, tapi punya kepedulian terhadap pesantren. Atau bahkan dari orang-orang yang dulu pernah mondok tapi nggak ngalamin hal-hal yang sekarang viral.
Tradisi kayak santri harus ngesot mendatangi kyai atau makanan dibagi tapi malah ditendang, bisa dipahami dikritik public. Itu dianggap di luar batas kewajaran. Dan kritik itu jangan dikit-dikit langsung dicap “kurang ajar”, “menghina pesantren” apalagi halal darahnya”. Masyarakat punya hak buat ngasih kritik, apalagi kalau tujuannya biar pesantren jadi lebih baik. Karena jujur aja, banyak masalah di dunia pesantren yang udah lama banget dibiarkan. Dari kekerasan fisik, pelecehan seksual, sampai penyalahgunaan kekuasaan oleh oknum yang mengatasnamai “pendidikan agama”.
Nah, kalau hal kayak gini nggak dibenahi, ya jangan heran kalau makin banyak orang tua yang ragu nyekolahin anaknya ke pesantren. Faktanya, jumlah santri di Indonesia terus menurun. Tahun 2020, data Kemenag nyebut ada sekitar 4,37 juta santri di seluruh Indonesia. Tapi di tahun ajaran 2022/2023, turun jadi sekitar 4,08 juta santri. Dan laporan terbaru tahun 2025 malah nyebut angka santri aktif cuma sekitar 1,3 sampai 1,6 juta aja. Artinya, dalam lima tahun terakhir, penurunannya tajam banget. Ini jelas harusnya jadi bahan introspeksi, bukan malah marah ke orang yang ngasih kritik. Nggak semua orang bersikap negatif terhadap pesantren, mereka cuma pengen pesantren bener-bener jadi tempat yang aman dan mendidik dengan nilai Islam yang luhur.
Sekarang publik cuma lagi berani ngomongin hal-hal yang dulu mungkin nggak ke-up. Jadi ini bukan serangan ke pesantren secara institusi, tapi bentuk kepedulian. Agar lingkungan pesantren bisa benar-benar jadi tempat yang aman, beradab, dan sesuai dengan nilai-nilai keislaman yang sejatinya luhur. Jadi, udah yaa Pak Rizieq, jangan tiba-tiba dateng terus memperkeruh keadaan. Yuk proporsional dalam bersikap!