Seruan Boikot kepada Artis dan Influencer Pendukung Prabowo-Gibran

Published:

Raffi Ahmad, Kiky Saputri, dan sejumlah artis dan influencer lainnya terancam diboikot. Jadi, waktu kampanye Pilpres 2024, mereka kan terang-terangan dukung Prabowo-Gibran. Saking aktifnya, mereka bahkan dituding jadi buzzer bayaran buat mendukung pasangan ini. Nah, sekarang mereka dipersoalkan, terutama karena kebijakan kontroversial yang diambil pemerintahan Prabowo-Gibran. Netizen membuat kampanye boikot kepada mereka. Kampanye boikot itu, misalnya, dibuat akun X @tanyakanrl pada 20 Maret lalu. Akun itu memposting foto-foto artis dan influencer pendukung Prabowo-Gibran dengan caption yang keras. “Ingat mukanya, ingat namanya. Mereka kontribusinya besar dalam membuat Indonesia semakin hancur saat ini,” tulis caption itu.

Sejumlah artis yang disebut dalam postingan itu antara lain Raffi Ahmad, Nagita Slavina, Atta Halilintar, Aurel Hermanysah, Lesti Kejora dan Rizky Billar. Ada juga Ria Ricis, Desta, Andre Taulany, Gading Marten, Rachel Vennya, Kiky Saputri, Nikita Mirzani dan masih banyak lainnya. Netizen menganggap mereka bukan sekadar mendukung sebagai hak politik. Tapi, juga aktif mempromosikan pasangan Prabowo-Gibran. Yang memicu kampanye boikot kepada para artis dan influencer itu adalah anggapan banyak masyarakat kecewa dengan hasil Pilpres 2024. Juga kebijakan-kebijakan Pemerintahan Prabowo-Gibran yang dianggap kontroversial.

Kemarahan itu makin panas setelah DPR mengesahkan RUU TNI yang banyak dikritik. UU itu dikhawatirkan dwifungsi ABRI bakal balik lagi. Karena itu, para artis dan influencer yang dulu mendukung Prabowo-Gibran dianggap harus ikut bertanggung jawab. Para artis dan influencer itu dianggap punya andil dari carut-marut Indonesia belakangan ini menurut narasi netizen itu. Kampanye boikot para artis dan influencer itu dikomentari Tiktoker sekaligus Komika, Firu. Menurutnya, boikot itu tindakan protes yang damai dan lebih baik dibanding pakai kekerasan. “Boikot itu memberikan efek jera. Dan statusnya bisa diangkat kapan aja,” ucapnya. “Masa nge-buzzer mau untungnya aja, nggak mau resikonya,” lanjutnya.

Tapi, dia menyayangkan seruan boikot itu. “Pilpres 2024 kan sudah beres. Harusnya sesama rakyat saling merangkul, bukan malah bakar jembatan,” katanya. Dia juga mengingatkan supaya gerakan itu jangan asal fitnah, kayak yang dialami gamers Reza Arap. “Dia dikatain kodok Zuma, chill. Dikatain wife beater, chill. Sekalinya dikatain voter 02, langsung klarifikasi orangnya,” lanjutnya. Kampanye boikot terhadap para artis dan influencer banyak dapet dukungan. Kampanye boikot itu dianggap sebagai cara efektif buat menyuarakan ketidakpuasan terhadap kebijakan Prabowo-Gibran.

Tapi kampanye boikot itu juga banyak yang kontra. Boikot dianggap nggak adil karena mendukung pasangan tertentu adalah hak politik setiap orang. Bahwa kandidat yang dia dukung menang dan kemudian bikin kebijakan yang dianggap nggak menguntungkan masyarakat luas, itu di luar tanggung jawabnya. Pertanyaannya, apakah kampanye boikot para artis dan influencer itu cara paling efektif buat menuntut tanggung jawab mereka? Kenapa nggak membuka ruang dialog dengan mereka, daripada menjauhkan mereka? Yang dikhawatirkan, seruan boikot itu cuma bikin polarisasi di tengah masyarakat karena politik jadi makin dalam.

Apa kita nggak capek setelah melewati polarisasi yang dalam dan panjang akibat Pilpres 2014 dan 2019, juga Pilkada Jakarta 2016? Yang lebih penting sekarang, gimana kita tetap kritis sama kebijakan pemerintah, siapapun radiusyang berkuasa. Pilpres dan pilkada itu fana. Yang abadi itu perjuangan tegakkan keadilan dan merawat demokrasi. Yuk, tetap jadi warga yang kritis!

Artikel Terkait

Terbaru

spot_img