Nggak habis pikir deh dengan para ustadz dan ustadzah ini. Mereka selalu saja saat berdakwah mengiming-iming para jamaahnya dengan kenikmatan seks sebagai imbalan di surga nanti. Seolah kenikmatan seks adalah puncak dari imbalan kita berbuat baik di dunia ini. Ini misalkan disampaikan oleh ustadzah Ning Umi Laila. Dia bilang di surga nanti kalau laki-laki disiapkan bidadari, maka ibu-ibu akan disiapkan pangeran-pangeran. Para pangeran itu katanya akan melayani ibu-ibu. “Saking nikmatnya surga yang Allah janjikan nanti, masya Allah,” ucapnya meyakinkan.
Hal yang sama juga disampaikan oleh ustadzah lainya. Katanya, di surga nanti kita akan dipertemukan dengan siapapun yang kita mau. Bahkan, kalaupun orang itu adalah suami orang lain. “Kasih tak sampai pun ketemu,” ucapnya. Dia pun menegaskan bahwa di surga nanti tidak ada hukum, tidak ada syariat. “Semua yang haram di dunia, di surga semuanya menjadi halal,” ucapnya. “Kalau mau coba minum minuman keras, nanti di surga,” lanjutnya.
Lebih parah lagi disampaikan oleh seorang ustadz bernama Syamsuddin Nur Makkah. Katanya, salah satu nikmat yang ada di surga adalah pesta seks. Karena itu adalah kenikmatan yang kita tahan-tahan saat di dunia. “Kenikmatan terbesar yang diberikan Allah di surga adalah pesta seks,” ucapnya. Sementara ustad lainnya bilang, kesibukan para lelaki di surga nanti adalah memecah keperawanan istri-istrinya. Karena para istri di surga nanti akan selalu perawan. “Habis malam pertama dapatkan perawan istri, selesai, dia perawan lagi,” tegasnya.
Dalam Islam, surga memang digambarkan sebagai tempat yang penuh kenikmatan. Misalnya digambarkan terdapat sungai-sungai yang mengalir dengan air susu, anggur, dan madu. Terdapat juga kebun-kebun yang luas dengan buah-buahan yang tak terhitung jumlahnya. Di sana juga terdapat bidadari yang cantik dan istana-istana mewah. Selain itu, surga juga menjanjikan kenikmatan seperti selalu awet muda, tidak pernah mati, dan pakaian yang tidak rusak. Tapi, itu semua itu hanya sebagian kenikmatan yang ada di surga.
Kenikmatan yang tertingginya adalah pertemuannya dengan Allah Swt. Tapi sayangnya kenikmatan tertinggi sangat jarang didakwahkan. Fokus mereka adalah kenikmatan yang sifatnya fisik, bahkan lebih rendah dari itu, kenikmatan seks. Konsepsi kenikmatan surga seperti ini yang dikritik oleh kalangan Islam progresif, seperti Fazlur Rahman, seorang intelektual Islam asal Pakistan. Menurutnya, konsepsi surga yang berfokus pada kenikmatan seks adalah adalah warisan dari tafsir patriarkis. Tafsir ini tidak mencerminkan keadilan gender dalam Islam.
Bagi Fazlur Rahman, kenikmatan yang sifatnya fisik adalah metafora untuk kebahagiaan tertinggi dan kedamaian batin. Begitupun bagi kalangan sufi. Kenikmatan surga yang digambarkan al-Quran hanyalah simbol dari kenikmatan batin. Seksualitas dalam konteks surga tidak dipahami secara biologis, melainkan sebagai simbol persatuan, ekstase, dan keutuhan spiritual. Menggambarkan kenikmatan seksualitas sebagai imbalan kebaikan kita di dunia memang serampangan banget. Ini seperti merendahkan nilai kebaikan itu sendiri. Dan tentu saja seperti merendahkan agama itu sendiri.
Agama adalah nilai-nilai luhur, yuk kita jaga keluhuran nilainya dengan tidak serampangan menafsirkan agama. Yukk beragama dengan akal sehat!