Danau Toba itu ditemukan orang Arab? Ini temuan Sejarah? Bukan. Ini Cuma hasil khayalan seorang Dai, yang sayangnya disampaikan ke para hadirin pengajiannya. Namanya Dai itu Munzir Simanjuntak. Cuplikan cermahnya diunggah konten kreator asal Medan yang menyebut diri Abang Da di akun instagram wandawandow Minggu, 16 Maret lalu.
Di dalam ceramah itu, Ustadz Dai bercerita begini: “Yang menemukan Danau Toba itu siapa? Orang Arab.” “Begitu ditemukan danau toba dia bilang ‘Subhanallah toyib toyib subhanallah”, ujar si ustad. “Nah orang batak ga bisa bilang Toyib, bisanya Toba. Makanya jadi Lake Toba”, lanjutnya dengan sangat yakin. Ini yang direspons si Abang Da. Sambil pakai ulos dan kacamata hitam, Abang Da lontarkan keheranannya sambil ngomong bahasa Batak. “Aduh opung, kalo jumpa sama aku ngobrol-ngobrol dulu lah kita. Dari mana ceritanya yang nemu danau Toba orang Arab. Toyib Toyib”, responnya. Munzir pun auto dihujat warganet. “Kabarnya orang Arabnya masih di dalam Danau Toba sampai sekarang”, tulis salah satu netizen. “Kurasa opung ini banyak minum tuak juga”, ujar netizen yang lain.
Ustad Dai ini sebenernya nggak perlu mengarang semacam itu kalau saja dia buka referensi. Gini ya opung, coba tanya deh Chat GPT. Di situ dijelaskan bahwa nama Danau Toba berasal dari legenda rakyat di daerah tersebut. Menurut cerita yang populer, nama “Toba” berasal dari seorang pemuda bernama Toba yang menikahi seorang wanita yang ternyata berasal dari ikan ajaib. Dari pernikahan itu, mereka memiliki seorang anak bernama Samosir. Sekadar catatan tambahan, Danau Toba terbentuk akibat letusan super dahsyat dari Gunung Toba sekitar 74 ribu tahun lalu. Letusan ini akhirnya membentuk cekungan raksasa yang seiring berjalannya waktu terisi air hujan. Itulah yang kemudian menjadi Danau Toba, Opung.
Tapi memang Ustadz Munzir problematik sih. Munzir pernah nyinyirin Pakar Tafsir Al Qur’an, Prof. Quraish Shihab karena ketika ceramah menggunakan kata “Tuhan”, bukan kata “Allah”. Dia juga pernah bilang musik itu haram karena dianggap meniru ajaran Kristen. Menurutnya, musik berasal dari gereja dan umat Islam yang memasukkan musik dalam ibadahnya itu mengikuti praktik Nasrani. Pada tahun 2015 di ceramahnya Munzir bahkan menyebut almarhum KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dengan “Wali Syetan”. Pernyataan ini dikecam warga Nahdlatul Ulama (NU) dan Gerakan Pemuda Ansor. Akhirnya, tahun 2017, Munzir minta maaf ke keluarga Gus Dur dan warga NU.
Munzir Situmorang ini kesannya terlalu sering bicara tanpa dipikirkan matang-matang. Dia sering ngandelin retorika emosional, bukan kajian mendalam. Hobinya menyerang ulama lain, mengejek tokoh moderat, atau melempar teori konspirasi. Akhirnya, yang disampaikan bukan ilmu, tapi opini pribadi yang, maaf ya, kacau. Tapi nampaknya Ini disengaja untuk menarik perhatian audiens tertentu yang memang suka dengan model dakwah keras. Masyarakat yang kurang literasi agama mudah terbuai ceramah model begini. Akibatnya, kebodohan berjamaah terjadi, ceramah ngawur pun ditelan mentah-mentah. Kita harapkan saja umat Islam sendiri lebih banyak belajar dari berbagai sumber berbeda, kritis terhadap ceramah provokatif, dan jangan terhasut narasi kebencian. Yuk beragama dengan akal sehat!