133 Kepala Sekolah Dipecat Gara-gara Ngotot Study Tour

Published:

Gara-gara ngotot bikin study tour, 133 kepala SMA/SMK di Jawa Barat dipecat. Rinciannya, ada 111 SMA dan 22 SMK. Ratusan kepala sekolah itu dipecat 24 Februari 2025 oleh Gubernur baru Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Ada yang diberhentikan sementara, ada juga yang permanen.

Mereka dianggap melanggar Surat Edaran Gubernur Jawa Barat nomor 64 yang diterbitkan pada 8 Mei 2024 lalu.

Isi suratnya, pertama, study tour cuma boleh dilakukan di wilayah Jawa Barat. Kedua, harus ada aspek keamanan dan kebermanfaatan yang jelas di dalamnya. Ketiga, study tour harus dilaksanakan dengan mengunjungi pusat pengembangan ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan wisata edukatif lokal. Para kepala sekolah yang diberhentikan tetap bisa jadi guru biasa. Kenapa ada sanksi tegas ini? Dedi Mulyadi sebelumnya sudah berulang kali ngungkapin keprihatinan dan kekesalannya pada kebiasaan study tour sekolah-sekolah di Jawa Barat.

Sebagai gubernur baru, dia berusaha menghapus praktek-praktek lama yang dianggap merugikan.

Larangan itu sendiri dikeluarkan pada Mei 2024 oleh Penjabat (Pj) Gubernur Bey Machmudin yang ketika itu menggantikan Ridwan Kamil.

Celakanya, banyak sekolah yang menganggap enteng peringatan Kang Dedy. Padahal keprihatinan Kang Dedy serius. SE ini terbit buntut kecelakaan bus rombongan siswa SMK dari Depok di Ciater, Subang, pada Mei 2024.

Belasan siswa tewas.

Sepanjang 2024, tercatat ada 5 kecelakaan bus saat kegiatan study tour.

Diduga itu terjadi karena perusahaan travel yang disewa mengabaikan aspek keamanan kendaraan. Dedi juga menganggap study tour cuma menambah beban finansial ke orangtua murid dengan nominal yang tinggi.

Padahal, katanya, pemerintah daerah udah keluarin APBD sampai triliunan. Dana itu dipake buat ringanin beban orangtua terhadap pendidikan yang dijalani anak-anak mereka. Dedi menduga ada kepentingan dari oknum tertentu melalui penyelenggaraan study tour. Kalo soal studi industri di SMK, Dedi bilang industri terbanyak malah ada di Jawa Barat. Jadi aneh aja kalo sampe studi industri di luar Jabar, padahal banyak orang-orang dari Jateng dan Jatim yang kerjanya di industri di Jabar. Emang kegiatan study tour seringkali dijadikan ajang “pungli” buat sekolah.

Media memberitakan study tour yang dilakukan SMAN 6 Depok.

Kepala Sekolah tetap nekad memberangkatkan 347 siswa kelas XI buat study tour ke Surabaya, Malang, dan Bali.

Selain melanggar SE, sekolah juga bebanin biaya yang tinggi banget ke siswa.

Bayangin, masa per siswa mesti bayar 3,5 juta sampe 5,5 juta rupiah cuma buat study tour?

Makanya si kepala sekolahnya dipecat.

Sebenarnya tujuan awal study tour udah bagus: ngasih pengalaman belajar di luar kelas.

Tapi kenyataannya, nggak sedikit study tour diadakan cuma sebagai formalitas atau bahkan bisnis terselubung pihak sekolah. Orangtua sering dipaksa bayar biaya tinggi tanpa transparansi anggaran. Ditambah lagi pihak sekolah sering kerjasama dengan travel tertentu demi dapetin keuntungan.

Kadang pemilihan tempatnya juga lebih mengarah ke tempat wisata.

Yang dipilih bukan museum, pusat penelitian, atau perusahaan teknologi, malah justru pantai, area bermain, sampe pusat perbelanjaan. Banyaknya kecelakaan yang terjadi juga menjadikan study tour menjadi kegiatan beresiko tinggi yang mengancam nyawa siswa. Kalo study tour masih mau ada, harus ada perombakan total di sistemnya. Kalo nggak, study tour bakalan jadi tradisi tanpa makna yang bisanya membebani orang tua, bahayain siswa, dan jadi lahan bisnis tak terkendali. Ciptakan pendidikan yang edukatif, bukan eksploitatif!

Artikel Terkait

Terbaru

spot_img