Ustadz Abdul Somad kok halu banget ya. Dia bilang soal kondisi Yaman yang jauh dari realitanya. Menurutnya, Yaman itu negara yang kaya. Bukan negara yang miskin. Dia bilang jalanan di Kota Tarim, Yaman, sengaja nggak diaspal. Itu, katanya, untuk menjaga dan menghormati sejarah.
“Mereka tak ingin bekas-bekas tapak kaki wali-wali Allah itu ditutup oleh aspal,” kata Somad.
Apa yang dbilang Somad itu jelas ngaco banget. Jalanan yang nggak diaspal justru bikin akses transportasi jadi susah. Ini memperlambat distribusi bantuan, meningkatkan risiko kecelakaan, dan memperburuk keamanan di tengah krisis. Apalagi kalau kita lihat kondisi Yaman saat ini. Yaman itu masuk dalam daftar 10 negara termiskin di dunia. Pendapatan per kapitanya cuma US$824, atau sekitar Rp12,6 juta setahun.
Sebanyak 79 persen rakyatnya hidup di bawah garis kemiskinan. Bahkan, sekitar 65 persen termasuk sangat miskin. Sejak 2015, Yaman dilanda krisis kemanusiaan akibat konflik pemerintah dan kelompok Houthi. Krisis ini disebut sebagai salah satu yang terburuk di dunia. Jutaan orang di sana kelaparan, kekurangan gizi, dan nggak punya akses ke air bersih. Organisasi kemanusiaan pun sulit mengirim bantuan karena blokade dan konflik yang terus berlanjut.
Infrastruktur kayak rumah sakit, sekolah, dan fasilitas umum hancur karena perang. Korupsi dan pemerintahan yang nggak stabil bikin keadaan makin parah. Ditambah serangan udara dari militer Arab Saudi sering merusak infrastruktur dan menyebabkan korban sipil. Memang, nggak bisa ditampik Yaman punya peran penting dalam sejarah Islam. Nabi Muhammad, misalnya, pernah memuji iman rakyat Yaman.
Pedagang sekaligus pendakwah dari Yaman berperan dalam menyebarkan Islam ke Asia Tenggara. Tapi kondisi Yaman sekarang beda banget dari masa kejayaannya.
Semoga konflik dan penderitaan di Yaman segera berakhir. Yuk, jadi pemuka agama yang berpijak pada realitas.