Film Gladiator II baru aja dirilis nih 13 November lalu, tapi udah menuai kecaman di mana-mana. Penyebabnya? Film ini diduga mendiskriminasi May Calamawy, aktris Palestina-Mesir. Awalnya, Calamawy digadang-gadang jadi pemeran utama. Tapi ternyata dia cuma muncul sebentar, tanpa dialog sama sekali. Banyak penggemar kecewa, apalagi sebelumnya ada foto-foto yang viral nunjukin Calamawy beradegan mesra sama Paul Mescal, pemeran Lucius. Foto itu bikin orang yakin kalau Calamawy harusnya punya peran penting atau bahkan jadi tokoh utama. Makanya, spekulasi soal adegan-adegannya yang dipotong bahkan dihapus beredar kencang.
Ada juga rumor kalau perannya digantikan aktris Israel, Yuval Ronen. Tapi faktanya, keduanya memang sudah dipilih sejak awal syuting. Banyak yang menduga, keputusan ini ada hubungannya sama identitas Calamawy sebagai keturunan Palestina, apalagi dia pernah vokal mendukung negaranya. Sampai sekarang, pihak produksi belum ngasih penjelasan resmi soal kontroversi ini. Padahal, banyak yang muji loh visual dan aksi Gladiator II.
Konflik ini bikin banyak netizen menyerukan boikot terhadap filmnya. Keputusan untuk menghapus atau mengecilkan peran May Calamawy adalah langkah yang sangat disayangkan. Kalau benar ini karena alasan politis terkait asal-usulnya, integritas film ini jelas tercoreng. Seni, termasuk film, seharusnya jadi ruang yang menyatukan, bukan tempat bias geopolitik. Memotong representasi atau membungkam individu karena suaranya adalah bentuk pembatasan halus yang patut dikecam. Ini nggak cuma merugikan seniman seperti Calamawy, tapi juga komunitas yang melihatnya sebagai simbol representasi.
Yuk, jadikan industri hiburan lebih inklusif dan bebas dari bias!