Biadab! Seorang Ustad di Pesantren Cabuli 12 Santrinya

Published:

Lagi dan lagi, kasus pencabulan terjadi di pesantren. Kali ini terjadi di sebuah pesantren di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Korbannya tidak tanggung-tanggung, ada 12 anak. Kasus ini terungkap setelah salah satu orang tua korban ngerasa aneh dengan perilaku anaknya saat pulang libur lebaran. Saat ditanya, si anak mengaku kalau dia dicabuli oleh ustadznya di pesantren.

Setelah ditelusuri, ternyata ada 6 orang tua korban lain yang mengakui hal yang sama. Mereka pun akhirnya ngelaporin kasus ini ke Polres Tulungagung. Polisi pun kemudian menangkap pelaku yang berinisial AIA, 26 tahun, pada 17 April lalu. AIA ditangkap saat kembali ke pesantren setelah mudik lebaran. Pelaku adalah ustaz sekaligus kepala atau pembina kamar di pesantren itu.

Setiap kamar berisikan 5-6 santri. Dari sinilah pelaku memanfaatkan situasi buat lakuin tindakan asusila itu. Pelaku mengaku aksi ini dia lakukan sejak Maret 2024 sampai Maret 2025. Dia melancarkan aksinya pada malam hari, saat para santri umumnya sudah tidur. Guna mengamankan aksinya, pelaku juga mengancam para korban. Ancamannya: akan dihukum atau dilaporkan ke pimpinan pondok kalau menolak. Takut dengan ancaman itu, para korban pun menurut dengan tindakan pelaku.

Di hadapan polisi, pelaku mengaku tindakannya. Bahkan dia menyebut ada 12 anak dengan usia 8-14 tahun, yang telah menjadi korban perbuatannya. Salah satu korban bahkan berhasil disodomi oleh pelaku. Sebenarnya ada 5 anak lain yang berusaha disodomi oleh pelaku. Tapi kelima anak ini berhasil mengelak upaya pencabulan yang dilakukan oleh pelaku.

Kapolres Tulungagung, AKBP Mohammad Taat Resdi jelasin kalau timnya masih terus akan menyelidiki kasus ini. Apalagi ada dugaan, adanya keterlibatan pelaku dan korban lain. “Kemungkinan adanya korban tambahan serta apakah pelaku bergerak sendiri atau ada unsur pembiaran dari lingkungan sekitar,” ujar Taat. Saat ini AIA sudah ditahan sementara di Lapas Kelas IIB Tulungagung.

Sedih ya, pelaku yang seharusnya jadi guru dan pelindung, malah jadi pemangsa. Ironisnya, ini dilakuin ustaz alias guru laki-laki pada santri laki-lakinya. Ini juga anomali banget, mengingat Islam jelas-jelas sangat menolak keras praktik LGBT. Ini juga pesantren, lembaga tempat pendidikan buat generasi penerus kita. Kejadian seperti ini sudah sering terjadi di pesantren. Oleh karenanya ini harus menjadi perhatian kita semua.

Pemerintah, penegak hukum, organisasi-organisasi yang menaungi pesantren harus aware terhadap kasus-kasus semacam ini. Apalagi ini sudah menjadi kasus yang mungkin sudah ke sekian ratus kali. Ketika kejadian seperti ini terus dibiarkan, bisa jadi ini akan mengikis kepercayaan masyarakat terhadap pesantren. Sebelum itu terjadi, lembaga-lembaga pesantren harus segera berbenah. Dengan melakukan pengawasan yang lebih ketat, dan sistem pengamanan yang lebih memadai.

Bagi orang tua sendiri, sebaiknya lakukan survei yang memadai kalau mau menitipkan anaknya di pesantren. Jangan silau dengan sebutan pesantren. Karena terbukti, kejadian serupa sudah sering terjadi. Lebih baik waspada daripada menyesal di kemudian hari. Yuk jaga anak-anak kita!

Artikel Terkait

Terbaru

spot_img