Bikin Iklan Makan Bergizi Gratis Pake AI, Pemerintah Nggak Dukung Animasi Lokal?

Published:

Pemerintah kok lebih milih pake artificial intelligence (AI) buat bikin iklan kampanye program Makan Bergizi Gratis (MBG) ya? Kenapa animator lokal nggak dilibatkan? Isu yang lagi ramai dibahas netizen ini bermula dari postingan Wakil Menteri Perumahan dan Permukiman, Fahri Hamzah, di X pada 6 Februari lalu. Dia nge-share video animasi yang dibikin Kementerian Teknologi dan Digital (Komdigi) buat kampanye program MBG.

Dalam iklan animasi itu, Prabowo nampak datang ke sebuah kelas sambil membawakan beberapa kotak berisi makanan. Murid-murid yang nampak senang dan kemudian menyantap makanan dengan gembiranya. Di akhir video tertulis, “Dukung yuk! Makan bergizi gratis.”

Awalnya, netizen berpikir itu buatan studio animasi lokal. Tapi setelah diperhatiin lebih detail, langsung ketahuan animasi ini kemungkinan besar hasil AI. Banyak detail yang nggak proporsional, mulai dari bentuk karakter mirip template generatif AI sampai beberapa elemen yang keliatan nggak rapi. Kemunculan iklan animasi ini bikin banyak netizen kecewa, terutama pelaku industri kreatif. Mereka marah karena ngerasa pemerintah nggak mendukung industri animasi lokal.

Lagi pula, AI di dunia kreatif itu masih jadi topik kontroversial. Dalam proses kreatif, terinspirasi dengan referensi yang sudah ada tentu sesuatu yang wajar. Masalahnya, AI cenderung menjiplak dan bikin sesuatu versi generatif tanpa kreativitas baru. Karena itu, banyak yang nganggep AI sebagai bentuk plagiarisme terselubung.

Selain itu, proses bikin animasi pake AI juga nggak butuh skill kayak animator beneran. Tinggal masukin prompt, langsung jadi. Sementara untuk jadi animator, seseorang harus belajar bertahun-tahun sampai bisa bikin karya yang bagus.

FYI, MBG adalah salah satu program prioritas Pemerintahan Prabowo-Gibran. Pemerintah mengalokasikan anggaran yang gede banget untuk mensukseskan program ini. Tahun 2025 aja, pemerintah udah siapin dana Rp71 triliun buat program ini. Bahkan dalam jangka panjang, anggaran MBG diproyeksikan bisa sampe Rp1.000 triliun per tahun.

Demi biayain program ini, beberapa kementerian dan lembaga dipangkas anggarannya secara signifikan. Pertanyaannya, kenapa pemerintah lebih milih AI daripada pake jasa animator lokal? Apa ini terkait efek dari efisiensi anggaran besar-besaran yang sedang dilakukan pemerintah?

Terlepas dari isu efisiensi anggaran besar-besaran, bikin iklan kampanye pakai AI jauh lebih murah dibandingkan pakai jasa animator. Dari informasi yang beredar, biaya bikin animasi 2D pakai AI sekitar Rp500 ribu – Rp3 juta per menit, sementara pakai ilustrator sekitar Rp5-15 juta per menit. Biaya animasi 3D untuk kelas dunia, setara Pixar/DreamWorks, pakai AI sekitar Rp200-500 juta per menit, sementara pakai ilustrator Rp1-5 miliar per menit.

Apakah karena kasus ini pemerintah kemudian dianggap nggak berpihak pada industri animasi lokal? Tentu nggak sesederhana itu. Saat ini kita nggak bisa menutup diri dengan pesatnya kemajuan teknologi yang bisa membantu pekerjaan-pekerjaan kita. Kemajuan teknologi ini bahkan merambah juga untuk kerja-kerja kreatif. Mulai dari membuat naskah sampai membuat lukisan atau video.

Di sinilah insan kreatif diuji keahliannya. Apakah kemampuan mereka bisa melebihi apa yang dilakukan AI? Tapi bukan berarti, kepedulian dan dukungan dari pemerintah bagi tumbuhnya industri animasi lokal nggak dibutuhkan. Pemerintah tetap harus dituntut melakukan sesuatu agar animator-animator lokal berbakat bisa berkompetisi di dalam dan di luar negeri.

Cara yang bisa dilakukan ya, mulai dari memberi insentif, regulasi yang mendukung, sampai anggaran khusus buat proyek-proyek animasi lokal. Yuk, dukung industri animasi lokal!

Artikel Terkait

Terbaru

spot_img