Jakarta, PIS – Kasihan Camat Payakumbuh Timur, Dewi Novita. Dia dicopot dari jabatannya dengan alasan yang sumir. Onde Mande. Dewi membuat video ala Citayam Fashion Week (CFW) di Payakumbuh.
Video itu lalu dia posting di akun media sosialnya. Ia ingin memberi insipirasi kepada kaum muda. Masalahnya, niatnya itu direspons berbeda oleh atasannya. Dia ditegur karena dianggap melanggar norma kesopanan.
Lebih dari itu, dia dipindahkan ke posisi lain. Dewi tidak terima. Dia mengaku tidak bermaksud melecehkan norma agama dan adat istiadat. “Terima kasih MUI, kini karierku hancur,” tulis Dewi. MUI Payakumbuh memang punya andil besar dalam soal ini.
MUI lah yang melaporkan konten Dewi itu dan mengusulkan pencopotannya. Anehnya, atasan Dewi mengiyakan begitu saja usulan MUI. Memangnya MUI itu dewan syuro-nya pemerintah? Konstitusi kita kan jelas-jelas tidak menyatakan demikian.
Dan yang perlu diingat, MUI itu kan hanya satu dari sekian ormas Islam yang ada di Indonesia. Layaknya, NU, Muhammadiyah, dan Perti di Sumatera Barat. Pendapatnya sebagai ormas bisa didengarkan pemerintah, bisa juga tidak.
Dan kalau mau jujur, politisi yang membuat konten ala CFW itu banyak. Ada Ridwan Kamil, Anies Baswedan, termasuk Walikota Pariaman. Jika para kepala daerah itu tidak bermasalah membuat konten itu, lantas mengapa jadi masalah bagi Dewi?
Apa karena para kepala daerah itu laki-laki, sementara Dewi perempuan? Kalau begitu, diskriminatif dong. Apa pendapat kamu?