Pernah dengar istilah toilet gender netral nggak? Toilet itu ternyata ada di Indonesia, lho! Tepatnya di salah satu sekolah internasional. Ini diceritain presenter Daniel Mananta pas lagi ngobrol sama ahli tafsir al-Quran sekaligus pendidik, Profesor Quraish Shihab, di podcast-nya.
Jadi, ceritanya Daniel lagi nyari sekolah buat anak sulungnya yang udah berusia 10 tahun. Dia terus survei ke salah satu sekolah Internasional di wilayah Jabodetabek. Ternyata, waktu itu lagi diterapin salah satu agenda sekolah, yaitu Woke Agenda. Woke Agenda adalah gerakan untuk menormalisasikan setiap perasaan atau identitas yang sedang dialami para murid tanpa harus takut malu. Termasuk perasaan soal identitas gender yang dialami anak-anak.
Program yang dicanangkan sekolah dalam melancarkan Woke Agenda itu di antaranya Toilet Gender Netral. Daniel kaget pas nemuin ada 3 toilet di sekolah itu, yaitu untuk laki-laki, perempuan, dan gender netral (umum). Penasaran, Daniel tanya ke salah satu guru kenapa bisa terbesit bangun toilet gender netral. Guru itu bilang, mereka sangat menghormati para murid dan membebaskan anak-anak dengan pilihannya.
Sekolah juga nggak akan pernah ngajarin apa yang benar dan apa yang salah. Sekolah justru akan mendorong anak-anak agar lebih mengeksplor perasaan mereka, termasuk rasa suka terhadap sesama jenis. Kalo murid cerita ke counselor di sekolah, apa yang mereka ceritain nggak bakal dibocorin ke orangtua murid. Mendengar hal itu, Daniel terkejut. Daniel ngaku respect ke orang-orang yang pada akhirnya mutusin jadi LGBT di usia 18 tahun. Tapi yang dia sayangkan, kenapa Woke Agenda yang dianggap berbau LGBT itu menyasar ke anak-anak di bawah 18 tahun. Itu kan fase ketika anak-anak masih mencari jati diri.
Karena itu, Daniel mutusin nggak menyekolahkan anaknya di sana. Keputusan yang diambil Daniel itu tentu perlu dihormati. Tapi, sekolah internasional umumnya mengakui keragaman gender. Mereka percaya anak perlu diberi kebebasan untuk menentukan dirinya sendiri, termasuk soal gender.
Karena itu, berbagai program untuk menanamkan nilai itu diterapkan di sekolah. Ini beda dengan sekolah non-internasional di Indonesia, negeri maupun swasta. Boro-boro mengakui keragaman gender, sebagian sekolah itu bahkan masih sulit mengakui keragaman agama. Btw, apa pendapat kamu soal toilet gender netral? Komen di bawah ya!