Konon, neraka itu lebih banyak dihuni perempuan. Pernyataan ini sering disampaikan oleh ustaz dan ustazah dengan mengutip hadis Nabi SAW. Dalam ajaran Islam, diceritakan Nabi Muhammad pernah melihat surga dan neraka pada dua kesempatan yang berbeda, yaitu ketika Isra’ Mi’raj dan saat memimpin salat salat gerhana. Pada saat Isra’ Miraj, kan memang diceritakan Nabi Muhammad itu naik ke langit. Saat itulah, kata Nabi, dia diperlihatkan isi surga dan isi neraka. Di surga, Nabi melihat kebanyakan penghuninya adalah kaum fakir, alias kaum tak punya.
Sementara di neraka, isinya kebanyakan adalah para perempuan. Di hadis lainnya, Nabi Muhammad bercerita tentang apa yang dia lihat tentang neraka. Kembali dia bilang, kebanyakan penghuni neraka adalah Perempuan. Kata Nabi, para Perempuan itu masuk neraka karena kekufuran mereka. Tapi secara spesifik dia bilang, yang dimaksud bukanlah kekufuran kepada Allah. Melainkan kufur kepada pasangannya dan kebaikan-kebaikan pasangan-pasangannya itu. Bahkan menurut Nabi, ada Perempuan yang sepanjang tahun sudah diperlakukan baik oleh sang suami. Tapi ketika si suami melakukan kejelekan, maka si istri mengatakan, dia tidak melihat sedikit pun kebaikan dari sang suami.
Karena hadits-hadit itulah banyak pemuka agama mengingatkan bahwa perempuan harus selalu taat pada suami. Kalau tidak taat namanya kufur, dan Perempuan kufur tempatnya di neraka. Pertanyaannya: bisakah kita percaya bahwa Nabi Muhammad memang pernah mengalami kejadian itu dan mengucapkan lebih banyak Perempuan di neraka. Kayaknya ini adalah sebuah hadits yang perlu dipertanyakan. Masalahnya isi hadits ini bertentangan dengan ayat Al Quran. Al-Qur’an dengan jelas menyebut bahwa surga dan neraka ditentukan oleh amal, bukan gender. Dalam surat An Nisa 124 dikatakan: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan, maka mereka akan masuk surga.” Jadi, bukan soal laki-laki atau perempuan yang lebih gampang masuk neraka.
Yang jadi penentu tetap amal dan perbuatannya. Jadi kelihatan sangat beda dengan isi hadits tadi kan? Sekadar catatan, hadits kan rekaman pendapat dan Tindakan Nabi Muhammad semasa dia hidup. Tingkat kebenaran hadits memang jauh lebih rendah dari ayat Al Quran yang dipercaya sebagai ayat Allah. Kalau ayat Al Quran memang ditulis dan bahkan dihafal oleh sahabat Nabi karena Nabi Muhammad memerintahkannya. Sementara hadis ditulis dan dikumpulkan berdasarkan inisiatif para sahabat Nabi setelah Nabi wafat. Jadi karena dianggap pernyataan-pernyataan Nabi Muhammad itu penting, para sahabat meminta mereka yang bisa mengingat apa yang dikatakan Nabi dan mereka bisa dipercaya untuk mengutarakan ingatan mereka tentang pernyataan-pernyataan Nabi itu.
Memang dalam sejarah terbukti ada banyak hadits ternyata lemah, bohong atau tidak bisa dipercaya. Banyak hadits yang bisa dipercaya tentunya. Tapi kalau hadits itu memuat sebuah cerita yang bertentangan dengan Al Quran, ya bisa saja diabaikan. Kalau kembali umat islam menengok An Nisa 124, terlihat peluang Perempuan masuk surga sama besarnya dengan laki-laki. Laki-laki itu punya kewajiban yang sama dengan perempuan. Kalau suami bersikap zalim, dia juga bisa masuk neraka! Al Quran nggak pernah menyatakan bahwa neraka lebih banyak dihuni perempuan dibanding laki-laki. Orang masuk neraka karena perbuatannya, bukan karena mereka Perempuan atau laki-laki. Kaum Perempuan Harus Dihargai Sama dengan Kaum Pria!