Miris banget deh dengan apa yang terjadi di Afganistan ini. Karena dilarang Taliban sejumlah pria di sana ketakutan menolong perempuan korban gempa. Akibatnya, banyak perempuan korban gempa meninggal tak tertolong.
Jadi, pada 7 Oktober lalu Provinsi Herat Afghanistan diguncang gempa bermagnitudo 6,3. Gempa itu sedikitnya menewaskan 2.400 ribu orang, dan melukai lebih 2000 orang lainnya. Menurut Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), 90 persen korbannya adalah perempuan dan anak-anak. Para dokter, saksi mata, dan aktivis bilang penyebab tingginya angka kematian ini adalah aturan ketat Taliban. Jadi, pria di sana dilarang menyentuh perempuan yang terluka, atau bahkan yang sudah meninggal. Pria di sana akhirnya tak berani melanggar aturan itu. Bahkan, larangan itu juga berlaku bagi petugas pertolongan.
Salah satu aktivis perempuan, Mariam, bilang kalau laki-laki setempat sebenarnya tak punya masalah apa pun untuk menyelamatkan perempuan. Tapi, katanya, beberapa anggota Taliban yang bersenjata tidak mengizinkan laki-laki mendekati mereka. Saksi mata di rumah sakit juga bilang ada banyak perempuan yang terluka setelah gempa. Tapi sayangnya, sangat sedikit staf medis yang bisa membantu mereka. Karena para dokter laki-laki di sana dilarang merawat pasien perempuan.
Sejak Taliban berkuasa kembali pada 2021 lalu, Afganistan menerapkan syariat Islam. Sejak itu banyak aturan yang mengekang diterapkan. Mulai dari larangan campur jenis kelamin, hingga pembatasan hak dan peran perempuan Afghanistan. Perempuan harus berada di dalam rumah, dan hanya mengurusi anak dan keluarga saja. Karena itu pula lah ketika terjadi gempa, perempuan dan anak banyak yang menjadi korban. Semoga rakyat Afganistan segera terbebas dari penguasa Taliban.
Solidaritas kita untuk rakyat Afganistan!