Disney ternyata gak berani menampilkan sosok transgender dalam filmnya. Penghapusan karakter transgender ini dilakukan di film baru mereka, Win Or Lose. Dalam versi aslinya, muncul sosok transgender bernama Kai yang direpresentasikan secara jelas. Kai diperankan oleh aktris transgender Chanel Stewart. Tapi sebelum rilis, identitas Kai justru dihapus Disney. Jadi Kai nya tetap muncul, tapi dia nggak digambarkan sebagai transgender. Kayaknya Disney memang nggak mau ambil risiko.
Kasus seperti ini sebenarnya bukan yang pertama kalinya. Tahun 2022 lalu, Disney juga meluncurkan film anak-anak yang menyertakan sosok LGBT. Judul filmnya Lightyear, yang merupakan bagian dari seri Toy Story. Gara-gara ada unsur LGBT itu, Lightyear ditolak tayang di 14 negara, antara lain Arab Saudi, Lebanon, Kuwait, Mesir, Malaysia, dan juga Indonesia. Gara-gara boikot itu, Disney terpaksa memotong adegan ciuman antara karakter sesama jenis. Akhirnya film ini bisa juga disaksikan di Indonesia melalui kanal Disney Hotstar, dengan batas usia 21 tahun ke atas. Pada tahun 2022 itu, film produksi Disney/Marvel, “Doctor Strange in the Universe of Madness”, juga ditolak dirilis di Arab Saudi dan negara lain karena konten LGBT.
Menyertakan sosok LGBT dalam film Win Or Lose ini bisa dianggap sebagai langkah berani Disney. Disney seperti ingin menawarkan keberagaman kepada penonton. Tapi ini berisiko bahwa film itu akan kehilangan potensi penonton di banyak negara yang masih menolak LGBT. Apalagi ini adalah film anak-anak. Pada akhirnya, Disney mengalah. Saat dikritik, Disney berdalih bahwa mereka ingin memberi kendali kepada orang tua untuk membahas isu sensitif dengan anak-anak di waktu yang tepat sesuai cara asuh masing-masing. Dengan kata lain, nggak perlu karakter LGBT yang kontroversial ini dimasukkan dalam film, karena LGBT adalah isu sensitif yang sebaiknya dibicarakan dalam ruang keluarga antara orangtua dan anak.
Tak semua pihak setuju dengan penghapusan karakter Kai. Chanel Stewart sendiri menyatakan kekecewaannya. Menurutnya Disney perlu menegaskan pentingnya representasi transgender di media. Banyak yang merasa Disney berusaha menghindari kontroversi dengan menyensor keberagaman. Malah ada dugaan kalau komentar pro-transgender di medsos juga dihapus Disney. Sebenarnya Win Or Lose tetap berusaha menampilkan keberagaman. Yang juga ramai dikomentari adalah kemunculan adegan yang eksplisit menampilkan ritual doa ala umat Kristiani. Dalam salah satu scene, karakter anak pelatih tim softball bernama Lori, diceritakan sedang dalam kesulitan menghandle ketidaknyaman dirinya. Lalu Lori meminta tolong dan terlihat berdoa seperti ciri khas umat Kristiani. “Dear Heavenly Father, please give me strength” ucap Lori.
Adegan semacam ini jarang sekali terlihat dalam film-film Amerika yang memang cenderung sekuler. Disney sendiri butuh hampir 20 tahun buat kembali menampilkan aspek agama dalam karakter utamanya. Terakhir ada di Bridge to Terabithia (2007), yang nunjukin karakter utama pergi ke gereja. Disney memang dikenal lazim memperkenalkan keragaman budaya. Sebelum ini sudah ada film seperti Mulan dan Moana yang menunjukkan karakter-karakter budaya di luar Barat. Munculnya doa Kristen di film Win Or Lose juga bisa dilihat sebagai upaya memperkenalkan sisi spiritualitas Barat. Media memang seharusnya jadi ruang yang bikin semua orang merasa dilihat dan dihargai. Sayangnya, untuk soal LGBT, Disney belum bisa mematahkan tabu budaya di pasar global. Yuk, kita dukung keberagaman budaya tanpa pilih kasih di dunia animasi!