Donald Trump Layak disebut Presiden Paling Anti LGBT Tahun ini? Sebagai Presiden Amerika Serikat terpilih, dia dengan tegas bilang hanya mengakui 2 jenis kelamin. Ini disampaikannya dalam pidato perdananya sebagai Presiden pada Senin, 20 Januari di Rotunda Gedung Capitol, Washington DC. Di pidatonya dia secara resmi mengeluarkan perintah eksekutif. Isinya penghentian berbagai program terkait keberagaman, kesetaraan, dan inklusi. Termasuk larangan mempromosikan hak-hak bagi komunitas LGBTQ+.
Ada beberapa kebijakan yang dilakukannya sebagai langkah menghapus LGBT di Amerika.
Pertama, Trump mengeluarkan perintah hanya mengakui 2 jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan.
”Mulai hari ini, kebijakan resmi pemerintah AS adalah dua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan.” ujarnya. Trump menyebut langkah-langkah baru itu sebagai “revolusi akal sehat.” Kebijakan ini nantinya menghapus perlindungan federal bagi orang-orang transgender dan non-biner. Termasuk dalam akses ke layanan kesehatan, tempat umum, dan dokumen identitas seperti paspor dan akte kelahiran. Kebijakan ini bertujuan untuk “mengembalikan ketertiban biologis,” menurut Trump. Kedua, Trump akan memberlakukan kembali larangan dinas militer bagi kaum transgender.
Trump juga berjanji akan mengeluarkan para transgender dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas. Btw, Perkiraan jumlah anggota dinas transgender yang aktif bervariasi. Pada tahun 2021, Departemen Pertahanan mengatakan ada sekitar 2.200 orang di angkatan bersenjata. Sebagian besar dari mereka didiagnosis dengan disforia gender dan mencari perawatan medis. Trump memang sempat menerapkan kebijakannya saat dia menjabat sebagai Presiden Amerika ke 45 di tahun 2017. Namun semua kebijakan itu dicabut oleh presiden selanjutnya, Joe Biden, yang memang menerapkan kepemimpinan dengan konsep ”keberagaman”.
Ketiga, Presiden Donald Trump menyatakan komitmennya untuk mencegah partisipasi atlet transgender dalam olahraga perempuan.
Pada 19 Januari 2025, Trump mengumumkan rencananya untuk mengambil tindakan agar atlet transgender tidak dapat berkompetisi dalam olahraga perempuan.
Keempat, Trump berencana untuk memotong anggaran sekolah yang mempromosikan kebijakan atau ideologi kebebasan gender.
Hal ini mencakup pengajaran teori ras kritis, kebijakan inklusi LGBTQ+, serta persyaratan vaksinasi atau masker di sekolah. Trump menganggap kebijakan ini sebagai bentuk “indoktrinasi ideologis” oleh kaum progresif. Dia ingin memastikan bahwa kurikulum sekolah lebih sesuai dengan nilai-nilai konservatif.
Kelima, Trump mendukung keputusan Mahkamah Agung yang memungkinkan pengusaha dengan keyakinan agama menolak memberikan layanan atau mempekerjakan individu LGBTQ+. Pada 2025, ia menyatakan akan memperluas kebijakan ini untuk melindungi kebebasan beragama, yang dapat memberikan lebih banyak celah bagi diskriminasi di tempat kerja.
Keenam, Trump menolak kebijakan yang mengharuskan sekolah menyediakan kamar mandi atau ruang ganti berdasarkan identitas gender siswa. Ia mendukung aturan yang mengharuskan siswa menggunakan fasilitas sesuai jenis kelamin yang tercatat di akta kelahiran mereka.
Terakhir, menghapus kebijakan yang melindungi individu transgender dari diskriminasi dalam layanan kesehatan. “Dengan goresan pena saya, pada hari pertama, kita akan menghentikan kegilaan transgender,” kata Trump pada rapat umum Turning Point USA pada bulan Desember. Kebijakan ini langsung menuai kecaman dari para aktivis HAM dan komunitas LGBTQ disana yang menganggap langkah tersebut sangat diskriminatif dan nggak manusiawi.
Ini tentu kontradiktif dengan prinsip kebebasan yang selama ini dianut di Amerika. Bagaimana kita bisa menyebut diri maju, jika langkah kita selalu mundur? Saatnya melihat keberagaman sebagai kekuatan, bukan ancaman. Keberagaman itu Indah!