Film “Berdoa, Mulai” tentang Siswi Katolik yang Hidup Terpencil di Komunitas Muslim

Published:

Bagaimana rasanya menjadi siswi beragama Katolik di tengah sebuah kelas yang mayoritas siswanya beragama Islam? Ini yang diangkat sebuah film singkat ”Berdoa, Mulai” yang sudah bisa ditonton di Youtube. “Berdoa, Mulai” rasanya wajib ditonton mereka yang berakal sehat. Film ini mengangkat isu keberagaman dari sudut pandang minoritas. “Berdoa, Mulai” adalah film pendek Indonesia berdurasi 10 menit yang dirilis tahun 2022. Film ini disutradari Tanzilal Azizie dan diproduksi oleh Degradians Studio. Di sini ditampilkan cerita tentang Ruth, sorang remaja Katolik yang hidup di tengah komunitas yang mayoritas adalah Muslim.

Sebagai minoritas di sekolahnya, Ruth harus beradaptasi dengan kebiasaan teman-teman muslimnya. Misalnya ada adegan sebelum kelas dimulai para siswa Muslim berdoa bersama sesuai agamanya. Sedangkan Ruth yang Katolik sendirian cuma bisa diam dan ikut doa dengan pasif. Ruth juga harus berpindah tempat demi bisa dapetin pelajaran agama, karena di sekolahnya nggak sediain pelajaran agama Katolik. Dia jadinya mengikuti kelas agama Islam, dan mendengarkan ajaran tentang Islam yang mungkin saja berbeda dengan ajaran Katoliknya. Perlahan Ruth, terbawa kebiasaan mayoritas, bahkan waktu Ruth lagi sama keluarganya. Seperti waktu makan malam, Ruth spontan mengangkat kedua tangannya seperti gestur doa orang Muslim. “Bismillahirrahmanirrahim,” ujarnya. Juga ada adegan dimana Ruth tanpa sadar nyobain mukena punya temennya.

Film ini udah meraih berbagai penghargaan, salah satunya Best Cinematography dan Best Story di Panasonic Young Filmmaker 2022. “Berdoa, Mulai” juga udah diputar di beberapa festival film, termasuk Jakarta Film Week 2022 dan Jogja-Netpac Asian Film Festival 2023. Menariknya sang sutradara sekaligus penulis naskah, Tanzilal Azizie Rachim ini seorang Muslim. Film toleransi ini alurnya ringan, namun pesan utamanya disampaikan dengan tegas. Seringkali film soal toleransi cenderung eksplisit dengan dialog yang menggurui dan konflik meledak-ledak. Tapi film ini memilih pendekatan yang subtil: nggak ada konfrontasi besar dan tokoh antagonis yang jelas. Yang ada hanya dinamika sehari-hari yang gambarin gimana minoritas ”terpaksa” menyesuaikan diri.

Walau berdurasi hanya sepuluh menit, film ini mengajarkan penonton banyak hal. Di Indonesia, kaum minoritas seperti Ruth seringkali terabaikan untuk diperhatikan. Siswi seperti Ruth layak memperoleh Pendidikan sesuai dengan agamanya. Tapi karena jumlah mereka dianggap terlalu sedikit, mereka hanya bisa secara pasif menyesuaikan diri. Kaum minoritas memang sering kali ngggak punya pilihan selain menyesuaikan diri. Ruth nggak dipaksa untuk berdoa kayak teman-temannya, tapi dia juga nggak dikasih ruang untuk berdoa dengan caranya sendiri. Mereka harus berusaha lebih keras cuma untuk mendapat hak yang sama dengan mayoritas.

Dalam film ini juga digambarkan dua kepribadian Ruth yang berbeda. Di sekolah dia cenderung pendiam dan mengikuti kebiasaan temennya, sedangkan pas di gereja dia lebih ceria. “Berdoa, Mulai” bukan Cuma soal toleransi. Tapi juga studi sosial minoritas yang berinteraksi dengan mayoritas di Indonesia. Film ini tidak mencari siapa yang salah atau benar, tetapi mengajak kita melihat realitas yang sering kali diabaikan. Film ini juga menjadi pengingat bahwa toleransi bukan hanya soal tidak menyakiti orang lain. Melainkan menciptakan lingkungan dimana setiap orang bisa menjalani hidupnya tanpa harus kehilangan bagian dari dirinya. Jadi, ini film wajib ditonton sih. Yuk gaungkan toleransi di Indonesia!

Artikel Terkait

Terbaru

spot_img