Film ‘A Business Proposal’ versi Indonesia jeblok di pasar, gegara keangkuhan pemeran utama. Di berbagai bioskop di Indonesia, penontonnya sepi banget. Padahal film ini adalah adaptasi dari drama Korea populer ‘A Business Proposal’ yang diangkat dari webtoon dengan judul ‘Office Blind Date’. Seri ‘A Business Proposal” asli, yang tampil dalam 12 episode, sangat populer di Indonesia. Tapi ketika diadaptasi jadi film Indonesia, gagal total.
Yang bikin gagal itu sebenarnya banyak faktor. Mulai dari pemilihan cast, attitude pemain utama, sampai sikap tim produksi yang bikin netizen naik darah. Tapi kayaknya yang paling menentukan adalah sikap si pemain Indonesia. Film ini bercerita tentang Shin Ha-ri, seorang karyawan biasa yang diminta sahabatnya menggantikan dirinya untuk kencan buta. Tapi ternyata lawan kencannya adalah CEO di perusahaannya sendiri!
Balik lagi ke versi Indonesia, awalnya, pas cast diumumin, fans K-Drama kecewa berat karena ekspektasi mereka nggak kesampaian. Pemainnya ada Abidzar Al Ghifari, Ariel Tatum, Caitlin Halderman, dan Ardhito Pramono. Banyak yang ngerasa mereka kurang cocok mewakili karakter asli, baik dari versi K-Drama maupun webtoon. Sampai ada yang nyerempet ke warna kulit dan bilang Abidzar kurang berwibawa buat peran CEO.
Keadaan memburuk di saat konferensi persnya. Abidzar yang jadi pemeran utama ngaku cuma nonton 1 episode drakornya. Tapi dia bilang, dia kemudian berhenti menonton kelanjutannya karena merasa harus membangun sendiri karakter baru sesuai dengan arahan sutradara. Caitlin dan Ardhito juga bilang nggak baca webtoonnya dan cuma tahu garis besarnya. Cuma Ariel yang nonton semua episodenya, dan baca webtoonnya.
Netizen langsung ngamuk. Mereka anggap Abidzar nggak paham konsep remake dan nggak serius dalemin karakter. Tapi respons Abidzar bikin para fans Korea makin marah. Soalnya, Abidzar malah bilang dia terbebani sama fans K-Drama yang menurutnya fanatik dan rasis. “Tau lah ya fans fanatiknya seperti apa,” ucapnya. Di salah satu podcast dia makin ngegas dengan bilang: “Kalau kamu nggak suka, gak usah nonton, Masih banyak orang lain selain kamu.”
Jelaslah, netizen makin panas dan mengajak yang lain buat memboikot film ini. Tanggapin kekacauan ini, rumah produksi film ini, Falcon akhirnya buka suara, tepat H-2 sebelum film ini tayang. Mereka rilis surat terbuka yang intinya bilang adaptasi ini dibuat dengan hati-hati dan tetap menghormati cerita asli. Mereka juga minta maaf atas pernyataan yang bikin gaduh. Tapi netizen ngerasa Falcon malah membela dan normalisasi sikap Abidzar.
Apalagi karena Falcon juga menyatakan: “Mengenai cast yang tidak menyaksikan serialnya terlebih dahulu, bukan berakar dari kesombongan, tapi dari pemilihan pendekatan akting.” Netizen pun makin kesal. “Falcon, tuh surat kasih ke Abidzar, bukan ke penonton,” kata salah satu netizen. Surat Falcon itu dianggap gaslighting dan nggak meredam boikot.
Hasilnya memang sungguh memprihatinkan. Di hari pertama tayang, kabarnya bioskop sepi parah. Di Ciwalk XXI Bandung cuma 4 kursi kepake, Ubertos XXI 2 kursi, Mega Bekasi XXI cuma 1 orang nonton. Secara keseluruhan, dari 1200 layar yang memutar film ini, cuma ada 6900 tiket terjual.
Ayo jangan patah arang! Lebih bijak saja dalam bersikap!