Gara-Gara Rating TV, Keamanan Sepakbola Terancam

Published:

Jakarta, PIS – Dalam kasus tragedi stadion Kanjuruhan, Malang televisi jadi salah satu tertuduh. diangkat Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, alias RK. Menurut RK, pertandingan Arema vs Persebaya itu dilakukan terlalu malam.

Kata dia, pertandingan yang berpotensi menimbulkan kericuhan, seharusnya digelar siang hari. Di siang hari pengendalian situasinya lebih mudah, karena secara visual semua bisa lebih kelihatan.

Menurut RK, faktor keamanan tetap nomor satu. Lalu apa hubungan ini semua dengan televisi? Kata RK, siaran dilakukan malam hari karena pertimbangan stasiun televisi. Dalam bisnis televisi, dikenal istilah rating.

Rating itu alat ukur jumlah penonton. Nah, diketahui rating acara malam hari biasanya lebih tinggi daripada siang hari. Dan kalau jumlah penontonnya lebih banyak, pemasukan iklannya juga lebih besar.

Karena itulah stasiun televisi meminta panitia menyelenggarakan pertandingan lebih malam. Kepolisian sendiri, sebelum pertandingan digelar sudah mengusulkan agar pertandingan di pindah ke sore hari.

Tapi masukan polisi tidak diindahkan oleh panitia dan PSSI. PSSI tetap menetapkan pertandingan dilaksanakan sesuai jadwal semula, yaitu pukul 20.30. Selama ini para pemain sudah protes soal jam pertandingan.

Salah satunya Evan Dimas, bintang Arema Malang. Menurutnya kick off terlalu malam berpengaruh terhadap pemulihan fisik pemain. Jika kick off jam 20.30 pemain baru bisa beristirahat pukul 24.00.

Ini akan membuat fisik pemain menurun dan jadi rentan cedera. Kritik juga disampaikan oleh Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI). Ini misalnya disampaikan APPI Medical Officer, dr. Maria Lestari, SpKO.

Menurutnya kick-off terlalu malam membuat kondisi pemain menjadi menurun. Main terlalu malam beresiko terhadap keamanan dan kesehatan pemain. Kini, PSSI rasanya tidak bisa lagi mengelak. Mereka harus mengubah jadwal pertandingannya. Utamakan keselamatan pemain, daripada rating TV!

Artikel Terkait

Terbaru

spot_img