Bayangin kalau anda mahasiswa baru yang lagi Ospek, bukannya dapet insight keren soal kampus, eh malah disuruh ciuman sama sesama jenis. Jijik banget kan? Nah, ini beneran kejadian di Universitas Sriwijaya (Unsri), Palembang, Sumatera Selatan. Para mahasiswa baru (maba) dipaksa sama kakak tingkat (senior) buat nyium temennya sendiri yang sejenis pas kegiatan Ospek. Gak cuma itu, kabarnya mereka juga ditantang buat berantem.
Kejadian ini berlangsung di Prodi Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya, pada 20 September. Awalnya sih agendanya cuma praklining alias bersih-bersih bareng. Kegiatan itu emang diizinin kampus karena tujuannya gotong royong. Tapi entah gimana bisa berubah jadi acara cium-ciuman. Video durasi 25 detik soal kejadian ini akhirnya viral di TikTok lewat akun @infinity.feeds pada 23 September. Di situ keliatan maba-maba nyiuman sesama jenis. Cowok nyium kening temen cowoknya, cewek nyium kening temen ceweknya.
Terdengar juga suara sang senior yang bilang “Giliran nyium ceweknyo dak malu, nyium kawan dewek malu” Artinya “Giliran nyium ceweknya (pacarnya) nggak malu, nyium temennya sendiri malu” Ada juga teriakan “Ayo, cium, cium” lalu ada juga suara senior yang ngetawain si maba-maba ini. Sumpah, merinding lohh. Netizen pun ramai-ramai berkomentar marah. “Sudah tahun 2025. Masih aja mahasiswa bikin kegiatan yang ketinggalan jaman gini. Aduuuhh.” tulis seorang netizen. “Inget banget waktu kemah pramuka suruh gantian makan permen dari mulut ke mulut.. iya… aku mual banget, apalagi kaya gini..” tulis netizen lain. “Up. Jangan dinormalisasi. Bukan jamannya lagi ospek dg ploncoan, senior lebih baik show off prestasi ke junior agar dapat respect dan jadi contoh bagi adek-adeknya,” tulis yang lain.
Setelah viral akhirnya UNSRI angkat bicara. Sekretaris Unsri, Alifitri tegaskan kalau kejadian itu bukan bagian dari PKKMB (Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru). Pihak universitas pun langsung bentuk tim investigasi buat nyelidikin kasus ini. Tak hanya itu, mereka juga membekukan HIMATETA (Himpunan Mahasiswa Teknologi Pertanian) selama setahun, serta memanggil semua panitianya. “Ketua angkatan 2023, serta ketua dan anggota panitia pelaksana kegiatan tersebut akan dipanggil,” kata Sekretaris Unsri, Alifitri. Investigasi bakal nentuin siapa aja yang terlibat. Kalau terbukti, sanksinya bisa mulai dari teguran, pembinaan, sampe diskorsing tergantung pelanggaran.
Beberapa senior HIMATETA yang terlibat akhirnya buka suara. Dia ngaku ide maksa maba ciuman itu atas ide dari seorang alumni. “Saya penggerak kegiatan tersebut, saya mendapatkan ide dari alumni,” katanya. Ada juga mahasiswa lain yang minta maaf karena gak mikir panjang pas ngelakuin itu. “Kami mungkin tidak berpikir panjang untuk melakukan hal tersebut, dan kami ingin memohon maaf sebesar-besarnya,” jelasnya. Tapi tetep aja, netizen banyak yang kecewa karena Unsri cuma kasih teguran dan pembekuan organisasi. Menurut mereka, kampus masih terlalu lunak, seolah-olah ngebiarin perpeloncoan terus ada.
Fenomena beginian jelas tamparan buat dunia pendidikan. Bayangin aja, udah 2025 tapi mindset sebagian mahasiswa masih kejebak budaya lama yang normalisasi kekerasan simbolik, perintah absurd, bahkan pelecehan berkedok “tradisi ospek”. Siklusnya gitu-gitu aja: senior ngerjain junior karena dulu mereka juga pernah dikerjain. Padahal, tujuan ospek sebenernya buat ngebangun solidaritas, ngenalin budaya akademik, sama bikin maba ngerasa punya ikatan sama kampus. Bukan malah nyuruh mereka ciuman sesama jenis atau disuruh berantem.
Akar masalahnya jelas: budaya senioritas yang toxic. Senior ngerasa punya kuasa, terus jadi ajang buat ngetes dan nindes junior. Parahnya lagi, hal ini sering dibungkus alasan “biar kompak”, “tradisi”, atau “cuma bercanda”. Dari situ muncullah normalisasi. Maba jadi takut speak up karena khawatir dicap gak solid. Unsri wajibnya tegas, jangan cuma kasih sanksi ala kadarnya. Kalau dianggap “kenakalan mahasiswa” doang, berarti kampus ngebiarin pelecehan tetap terjadi. Sudah waktunya ospek diubah jadi kegiatan yang sehat: kreatif, edukatif, bikin kompak tanpa tekanan. Yuk ciptakan dunia pendidikan yang aman dan nyaman buat semua!