Buat umat Islam, gimana rasanya kalau pas sholat berjamaah, imamnya baca surat panjang banget? Ternyata, menurut Ustadz Das’ad Latief, manjang-manjangin surat dalam sesi berjamaah itu melawan sunnah nabi loh! Ini bisa dilihat di salah satu video ceramahnya si ustadz. Dia nyindir para ustadz muda yang mungkin masih perlu banyak belajar Islam. Kata Das’ad, mereka ini suka panjang-panjangin bacaan surat dalam sesi shalat berjamaah. Kayaknya sih aksi itu mereka lakuin buat nunjukin hafalan mereka. Jadi kesannya biar orang tahu mereka ini nguasain banyak hafalan. Bahasanya mah ini flexing versi beragama! Padahal fenomena ini malah berlawanan sama sunnah Nabi.
“Kalau jadi imam, ringkaskan bacaan sholatmu,” katanya. Nabi Muhammad SAW sendiri kalau jadi imam sholat berjamaah, memilih bacaan yang pendek supaya makmum nggak keberatan. Kenapa harus ringkas? Karena di belakang imam itu ada bermacam-macam jamaah. Ada yang sudah tua, ada yang sakit, ada yang lagi buru-buru, bahkan bisa aja ada yang lagi – maaf ya — nahan kentut! Kebayang kalau imamnya baca panjang, Jemaah bukannya khusyuk malah gelisah. Ustadz Das’ad sampai bercanda, kalau bacaan kepanjangan, makmum bisa malah baca pengumuman di dinding masjid. Dari kas masjid, kalender, sampai tulisan di baju jamaah lain!
Ustadz Dasad juga singgung kondisi saat seorang santri hafidz Qur’an jadi imam di kampungnya. Saat sholat, tiba-tiba ada cicak jatuh di dekatnya. Dia kaget dan alhasil hafalannya langsung buyar. Karena panik, dia minta makmum di belakangnya untuk menyambung bacaan. Eh, ternyata makmumnya juga nggak hafal, soalnya suratnya panjang banget.
Kejadian lain yang disinggung Ustadz Dasad adalah soal imam yang kentut saat sujud. Biasanya, kalau imam lupa ayat, makmum bisa bantu menyambung. Tapi kalau imam kentut? Nggak ada yang bisa bantu. Pernah ada kejadian, imam sujud lama banget, sampai jamaah mulai curiga. Ternyata, pas mereka lihat ke depan, imamnya udah nggak ada. Dia keluar diam-diam lewat pintu samping karena malu dia kentut. Kata Ustadz Das’ad, kalau imam kentut, kasih kode biar jamaah tahu dan bisa diganti, jangan malah kabur.
Ustad Das’ad memang biasa mengangkat cerita-cerita lucu. Tapi di balik cerita kocak ini, ada pesan serius. Dalam sholat berjamaah, imam itu seperti pemimpin. Kalau pemimpin salah langkah, jamaah bisa bubar. Begitu juga dalam kehidupan bermasyarakat, seorang pemimpin harus bijak dan bertanggung jawab. Bukan sekadar menunjukkan kemampuan atau kelebihan sendiri, tapi juga memahami kondisi orang-orang yang dipimpinnya.
Jadi, buat para imam muda, pesan Ustadz Das’ad jelas: jangan sholat berjamaah dijadikan ajang flexing hafalan. Hafalan panjang itu bagus, tapi kalau jadi imam, yang penting itu kenyamanan makmum. Sholat itu ibadah yang seharusnya membuat tenang, bukan bikin jamaah resah. Dan yang paling penting, ikuti sunnah Nabi: buatlah ibadah jadi lebih mudah, bukan lebih sulit. Karena sholat yang ideal bukan soal siapa yang paling panjang bacaannya, tapi siapa yang paling paham keadaan makmumnya. Ayo para Imam Shalat, Perpendek Suratmu.