Bentrokan berdarah terjadi di Pemalang pada 23 Juli kemarin. Bentrokan terjadi antara Front Persatuan Islam (FPI) dengan Perjuangan Wali Songo Indonesia Laskar Sabilillah (PWILS). Insiden ini terjadi gara-gara Rizieq Shihab diundang sebagai penceramah dalam acara peringatan Muharram.
Nah, kehadiran Rizieq ini ditolak PWILS. Mereka menganggap Rizieq selama ini dikenal sebagai tokoh yang kerap menyebarkan intoleransi dan kebencian terhadap keberagaman.
Awalnya, acara yang dihadiri sekitar 500 orang jemaah itu berjalan tertib. Polisi dan Brimob terlihat ikut melakukan pengamanan. Sekitar pukul 22.30 WIB situasi memanas dan terjadi bentrokan fisik. Saling lempar batu, kayu, dan bambu berlangsung sekitar 15 menit.
Akibat bentrokan fisik itu 15 orang terluka, termasuk 4 polisi yang sedang bertugas di lokasi. FPI menuding PWILS sebagai biang kerok bentrokan. Menurut FPI, PWILS ingin membubarkan acara sebagai bentuk penolakan terhadap Rizieq. FPI juga bilang punya bukti PWILS melakukan pengerahan massa dari berbagai daerah.
Tapi tudingan ini dibantah PWILS. PWILS bilang justru merekalah yang diserang lebih dulu. Mereka bilang, kedatangan mereka untuk menyampaikan penolakan secara damai.
Soal bentrokan fisik, Polisi bilang nggak memprediksi sebelumnya. Mengingat, sebelumnya upaya mediasi sudah dilakukan. Just info, konflik FPI versus PWILS bukan pertama kalinya. Sebelumnya dua ormas itu sering berdebat panas di media sosial soal nasab klan Ba’alawi atau Bani Alawi. Klannya orang-orang yang mengaku habib di Nusantara.
PWILS secara terbuka menolak klaim Ba’alawi yang mengaku keturunan Nabi Muhammad. Pandangan PWILS itu bertentangan dengan pandangan FPI yang sangat menyakini Ba’alawi adalah keturunan Nabi Muhammad. Dua pihak merasa paling benar dan nggak ada ruang buat berdialog sehat. Perbedaan pandangan ini memicu ketegangan yang berujung bentrokan. Puncak terjadi bentrokan berdarah di Pemalang.
Btw, FPI itu dulunya singkatan dari Front Pembela Islam yang dibubarin pemerintah pada 2020 karena dinilai melanggar hukum. Mereka bangkit lagi dengan nama baru Front Persatuan Islam, tapi dengan singkatan yang sama: FPI.
Sementara PWILS baru saja menggelar mukernas di Bekasi pada Maret 2025. Ormas ini dibentuk oleh sejumlah tokoh Nahdliyin sebagai respons terhadap klaim nasab keturunan Arab dari klan Ba’alawi. Meski banyak anggotanya berasal dari NU, tapi PWILS bukan bagian resmi NU. PWILS sendiri membawa misi menjaga tradisi Walisongo dan ulama Nusantara. Mereka juga ingin menyeimbangkan narasi agama dengan semangat nasionalisme dan Pancasila.
Bentrokan di Pemalang tentu sangat disayangkan! Bentrokan ini hanya memperburuk citra umat Islam di mata publik. Ironisnya, semua ini dipicu oleh hal klasik yaitu tentang perdebatan soal keturunan Nabi. Padahal perdebatan ini bisa dibahas dalam forum ilmiah, bukan dengan kekerasan.
Bentrokan di Pemalang ini harus jadi pelajaran bagi semua pihak. Pemerintah, tokoh masyarakat, dan ulama harus cepat turun tangan sebelum konflik makin melebar. Negara harus hadir bukan hanya untuk mengamankan, tapi juga menyelesaikan akar masalahnya. Dan yang penting masing-masing pihak harus menghargai perbedaan.
Perbedaan itu anugerah dan harus dirayakan. Semoga kedepannya kejadian seperti ini nggak terulang lagi ya. Ulama dan tokoh agama juga harus jadi penyejuk, bukan malah ikut menyulut konflik. Yuk, hargai perbedaan dan jaga kerukunan!


