Kalau Pria Muslim Hanya Beristri Satu, Pelacuran Akan Merajalela?

Published:

Sekarang ini beredar viral yang menampilkan ulama yang mempromosikan poligami. Tapi penjelasan dia terasa sangat mengada-ada. Namanya tidak tercantum di video. Tapi kelihatannya dia sedang ceramah di depan publik. Dia bilang pada tahun 1950, ada penelitian di lembaga Pendidikan tinggi Islam di Mesir, Al Azhar. Dalam penelitian itu, terungkap kalau pria muslim hanya punya satu istri, pelacuran akan merajalela.

“Dari kaki lima sampai hotel bintang lima, ada pelacuran,” katanya dengan yakin. “Kalau masing-masing pria muslim punya dua istri, pelacuran akan berkurang.” “Kalau masing-masing pria muslim punya tiga istri, pelacuran akan hampir hilang.” Dan terakhir dia bilang dengan gembira: “Kalau masing-masing pria muslim punya empat istri, pelacuran akan hilang”.

Video kampanye poligami itu sendiri diumat di akun Tiktok @Vincent Bro. Dan kalau dibaca komentar-komentarnya, banyak sekali yang sinis. Ada yang meragukannya sambil bertanya: “Judul penelitiannya apa?” Ada yang bilang: “Maaf, maaf, ini ajaran agama apa ya?” “Sekalian aja 100” kata yang lain. “Kayak kuat aja punya 4 istri,” tambah satu lagi.

Begitulah, bisa dibilang dakwah sang ulama itu terkesan sembarangan. Si ulama ini nampaknya ingin sekali mempromosikan poligami, sehingga dia mengarang-ngarang cerita sendiri. Coba saja kita browsing di google. Carilah informasi tentang studi poligami di Al Azhar, dan kita tak akan menemukan satupun bukti bahwa penelitian yang disebut sang ulama pernah ada.

Ini bukan berarti tak pernah ada studi poligami di Al Azhar. Tapi hasilnya tidak seperti yang disebut si ulama. Misalnya saja pada tahun 2019, Grand Syaikh Al-Azhar, Ahmed al-Tayeb, pernah menyatakan bahwa poligami dapat menjadi bentuk ketidakadilan bagi perempuan dan anak-anak, meskipun ia tidak menyerukan pelarangan hukum terhadap praktik tersebut. Jadi semangatnya justru cenderung menolak poligami.

Menurutnya para ulama sepakat bahwa dalam kondisi terbaiknya, kalau dilakukan, poligami mensyaratkan suami harus mampu menafkahi dan berlaku adil terhadap istri-istrinya. Kalau tidak dapat berlaku adil, poligami merupakan tindakan zalim yang tidak boleh dilakukan. Jadi jelas tokoh Al Azhar ini tidak mendukung dilakukannya poligami untuk menekan pelacuran. Bila memang ada studi yang tadi disebut itu dilakukan di Al Azhar, pastilah Al Tayeb juga menyebutnya.

Tapi di dunia Islam, ada saja pemuka-pemuka agama yang sembarangan bicara hanya karena dia ingin orang percaya denga napa yang dikatakannya. Kalau dilihat ke dalam Al Quran sendiri, Surat An-Nisa ayat 3 yang mengizinkan poligami itu memiliki konteks tertentu. Di situ tertulis bahwa kalau pria muslim khawatir tentang nasib para perempuan yatim, mereka diizinkan untuk menikahi empat istri.

Banyak penafsir menunjukkan ayat itu terkait dengan kondisi perang ketika banyak pria dewasa terbunuh sehingga ada banyak perempuan kehilangan suami dan ayah. Jadi pria-pria muslim diizinkan menikahi perempuan-perempuan yang kehilangan tempat mereka bergantung di saat itu. Itu pun dalam surat tersebut, dikatakan bahwa pria muslim itu harus bisa bersikap adil. Kalau tidak bisa bersikap adil, lebih baik tetap dengan satu istri. Jadi ayat itu tak ada hubungannya dengan pelacuran. Hayo ulama, jujurlah menyebarkan agama!

Artikel Terkait

Terbaru

spot_img