Jakarta, PIS – Sampai sekarang, masih banyak saja orang-orang yang membela Aksi Cepat Tanggap ACT. Bahkan ada saja yang menuduh para pengkritik sebagai orang yang ingin menjatuhkan Islam.
Padahal sudah terungkap pada public, berbagai penyimpangan dan kejanggalan pengelolaan keuangan ACT. Yang paling awal ramai dibicarakan adalah soal gaji para petinggi ACT.
Gaji Dewan Pembinanya mencapai Rp 250 juta. Fasilitas kendaraannya juga setipe Alphard dan Pajero. Kalau ini perusahaan bisnis yang cari untung sih wajar saja. Tapi ACT kan lembaga penghimpun dana amal umat Islam
Mereka berjanji akan menyalurkan donasi itu untuk kepentingan mereka yang terkena bencana dan mereka yang tidak mampu. Jadi kalau ternyata uang disalurkan untuk memperkaya pengurus, tentu banyak yang marah
Pada laporan keuangan 2018, penerimaan dana ACT mencapai Rp 516 Miliar. Namun untuk dana pengelolaan saja, dihabiskan Rp 135 Miliar. Hasil penelusuran Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) semakin mengejutkan
Kata PPATK, dana ACT mengalir ke anggota kelompok teroris Al-Qaeda. Juga ada transaksi Rp 30 miliar yang mengalir ke perusahaan yang pemiliknya adalah salah satu pendiri ACT. Lalu ada pula laporan dari komunitas Surau Sydney
Menurut mereka, ACT berhasil menggalang dana untuk pembangunan Mushola di sana sebesar 3,018 Milyar. Tapi yang akhirnya sampai ke tangan mereka Cuma Rp 2,31 Milyar Mungkin hanya Allah dan ACT yang tahu kemana larinya sisa sekitar Rp 960 juta.
Begitu juga, ACT pernah menerima uang santunan dari Boeing atas kecelakaan Lion Air sebesar Rp 135 M. Uang itu seharusnya dipakai untuk menyantuni keluarga korban kecelakaan. Diduga, hanya sebagian yang dipakai betul-betul untuk membantu mereka yang berhak
Sisanya, entah mengalir ke mana. Jadi jelas ada bau busuk soal ACT. Dan kalau pemerintah akhirnya menutup ACT, itu langkah yang sangat tepat. ADILI ACT, JANGAN MALAH DILINDUNGI