Pernah dengar info ada pondok pesantren lintas agama di Indonesia? Di pondok pesantren ini, santrinya nggak cuma beragama Islam aja. Tapi terbuka juga buat santri dari berbagai latar belakang agama. Keren ya. Nama pondok pesantrennya adalah Jatidiri Bangsa. Pondok pesantren yang berlokasi di Persada Soekarno Ndalem Pojok Soekarno, Wates, Kabupaten Kediri, ini masih baru sih.
Jatidiri Bangsa mulai jalan sejak 2 November 2024. Saat ini Pondok Pesantren Jatidiri Bangsa dalam tahap menyiapkan calon guru pendidik. Dikabarkan ada sekitar 280 calon guru pendidik yang sudah menerima pelajaran ‘Jatidiri Bangsa Indonesia Merajut Perdamaian Nusantara menuju perdamaian dunia’.
Mereka diberi bekal langsung langsung dari Pimpinan Pesantren Jatidiri Bangsa, Kyai Muhammad Muchtar Mujtaba Mu’thi.
Yang makin keren, pembekalan ini juga dihadiri pemuka agama lain.
Ada Romo Yohanes (Pendeta Kristen Ortodoks), Romo Salam Raharjo (Hindu), Romo Wisnu Sugiman (Katolik), dan Pinandita Edi Sunyoto (Buddha).
Setelah pembekalan, pondok pesantren ini dibuka untuk umum dan siap menerima santri dari berbagai agama. Pendirian pesantren ini berasal dari sumbangan sebesar lebih dari Rp2 miliar secara sukarela.
Tujuan utama pesantren itu adalah menanamkan nilai kebangsaan, toleransi, dan perdamaian antarumat beragama.
Harapannya, santri yang belajar di sana bisa jadi agen perdamaian, menyebarkan nilai-nilai persatuan, dan memperkuat rasa cinta Tanah Air.
Tidak seperti pondok pesantren pada umumnya, santri yang diterima Pondok Pesantren Jatidiri Bangsa juga berasal dari berbagai agama, seperti Kristen, Katolik, Hindu dan Buddha. Pun guru pendidiknya juga bukan cuma kiai aja, ada juga pendeta, pastor, pinandita, dan pemuka agama lainnya.
Reputasi Pimpinan Pesantren Jatidiri Bangsa, Kyai Muhammad Muchtar Mujtaba Mu’thi, bukan main-main. Lahir pada 14 Oktober 1928, Kyai Muchtar Mu’thi belajar ilmu-ilmu keislaman seperti fikih, akidah, dan tasawuf dari berbagai guru, termasuk kakek dari garis ibunya.
Pada tahun 1959, Kyai Muchtar Mu’thi kembali ke desanya dan mendirikan pesantren Majma’al Bahrain Hubbul Wathon Minal Iman Shiddiqiyyah. Pesantren ini fokus pada pendidikan tasawuf serta kesadaran berbangsa dan bernegara.
Kehadiran Pondok Pesantren Jatidiri Bangsa memicu pro dan kontra. Banyak pihak yang dukung karena dinilai bisa memperkuat toleransi dan kerukunan antar umat beragama. Tapi ada juga yang menolaknya seperti yang dikemukakan Alfian Tanjung di salah satu konten YouTube. Menurutnya, pondok pesantren itu merusak akidah Islam.
Dia bahkan mendesak MUI untuk bersikap dan dia juga mendorong pondok pesantren itu ditutup.
Apa yang dikemukakan Alfian Tanjung jelas berlebihan. Faktanya, pondok pesantren itu justru menegaskan setiap santri tetap belajar agama sesuai keyakinannya masing-masing. Tapi santri diberi wawasan tambahan soal keberagaman dan toleransi. Dengan begitu, santri pada satu sisi makin paham agamanya sendiri, tapi di sisi lain tetap menghormati orang yang berbeda agama.
Apa yang dilakukan Pondok Pesantren Jatidiri Bangsa harus kita dukung. Indonesia adalah negara yang beragam. Keberagaman ini tentu harus dijaga, bukan dijadikan alasan untuk saling bermusuhan.
Dengan kehadiran Pondok Pesantren Jatidiri Bangsa, kita bisa berharap anak-anak muda Indonesia lebih terbuka, inklusif, dan menghargai perbedaan tanpa harus kehilangan identitas kepercayaannya sendiri.
Mudah-mudahan semangat Pondok Pesantren Jatidiri Bangsa menyebar di banyak wilayah ya.
Yuk, dukung kehadiran pesantren lintas agama!