Coba tebak, apa provinsi paling harmonis di Indonesia? Ada yang tahu? Jawabannya adalah Nusa Tenggara Timur (NTT). Prestasi yang membanggakan ini didasarkan pada Indeks Kerukunan Umat Beragama (IKUB) di tahun 2024 yang dirilis Kementerian Agama (Kemenag).
Indeks ini dibuat untuk mengukur sejauh mana sebuah provinsi bisa menjaga keharmonisan. Nah, NTT berada di posisi pertama dengan skor indeks 84,25. Secara berurutan di bawah NTT adalah Riau, Kepulauan Riau, Bali, Papua. Yang bikin tambah keren, NTT 2 tahun berturut-turut menempati posisi juara dalam indeks ini.
Dalam indeks ini, ada 3 hal yang diukur: kesetaraan, kerjasama, dan toleransi. Soal kesetaraan, yang disorot adalah sejauh mana setiap warga, apapun agamanya dapat dukungan untuk menikmati hak-hak dasarnya. Mulai dari menyiarkan ajaran agama sampai menjadi kepala daerah. Soal Kerjasama, yang disorot adalah budaya gotong royong yang menonjol di tengah masyarakat yang berangkat dari kearifan lokal. Di NTT ada kearifan lokal yang bernama “Lonto Leok” di Manggarai dan “Kulababong” di Sikka.
Lonto Leok itu kayak musyawarah, masyarakatnya didorong buat selesain konflik lewat dialog damai. Terus Kulalabong artinya tradisi hidup berdampingan dan gotong royong, termasuk dalam membangun rumah ibadah. Makanya nggak heran musyawarah dan kerjasama antar warga di sana solid banget tanpa memandang perbedaan agama atau suku. Dari sinilah kemudian toleransi mendapatkan tempatnya di NTT. Secara demografi, penganut Katolik dominan di NTT itu dengan persentase: 53,7%, disusul Protestan 36,2%; Islam 9,4%; dan lainnya 0,7%.
Tapi keberagaman agama di NTT nggak jadi alasan untuk nggak mewujudkan harmoni. Total skor masing-masing aspek untuk NTT adalah kesetaraan 86,32; kerjasama 83,56; dan toleransi 82,86.
Hal lain yang juga berperan penting dalam harmoni dan toleran di NTT adalah Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan pemerintah daerah. FKUB NTT aktif banget. Mereka rutin ngadain dialog lintas agama dan kegiatan bersama antar pemuka agama. Makanya komunikasi dan pemahaman lintas agama di tengah masyarakatnya jadi lebih kuat. Bandingkan dengan FKUB di provinsi lain. FKUB malah ikut-ikutan bubarin kegiatan ibadah dan ngelarang pembangunan rumah ibadah kelompok minorita. Pemerintah NTT konsisten memfasilitasi semua inisiatif yang promosiin toleransi dan kerukunan antar umat beragama. Karena itu, Kemenag kasih penghargaan khusus ke NTT atas keberhasilannya menjaga kemajemukan tahun 2015. Memang wajar NTT menempati posisi pertama sebagai provinsi yang harmonis menurut Indeks Kerukunan Umat Beragama.
Kita terlalu sering mendengar berita baik soal toleransi di NTT. Misalnya, kita terkagum-kagum bagaimana warga NTT yang mayoritas Katolik sering membantu warga muslim buat siapin Lebaran atau Idul Adha. Pembangunan masjid pun nggak cuma diizinkan, tapi juga didukung pembangunannya. Ini yang kita dengar dari cerita Pembangunan Masjid Al Hidayah di Dusun Nanga Landang, Manggarai.
Di Kupang Masjid Al Muttaqin dan Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) berdiri berdampingan. Prestasi yang membanggakan NTT ini bisa jadi pelajaran penting bagi provinsi lainnya di Indonesia.
Di saat intoleransi dan diskriminasi berbasis agama masih menjadi problem akut di beberapa provinsi lain, NTT justru buktiin mayoritas dan minoritas bisa hidup harmoni. Semoga provinsi-provinsi yang lain bisa mencontoh NTT ya. Kalo NTT bisa harmoni dan toleran, masa provinsi lain nggak bisa?