KITA HARUS HORMATI KEPUTUSAN ZARA MELEPAS JILBABNYA

Published:

Nama Zara sedang ramai dibicarakan. Dia ini putri Gubernur Jawa Barat Pak Ridwan Kamil. Nama Lengkapnya Camillia Laetitia Azzahra. Zara jadi bahan perbincangan karena menjelang lebaran dia menyatakan dia melepaskan jilbabnya. Dia mengumumkan itu lewat instagram.

Gadis 20 tahun ini sedang kuliah di Newcastle University, Inggris. Jadi dia seperti memberi pengumuman dari jauh agar masyarakat nggak kaget kalau sekarang melihat foto-foto dia tidak lagi berjilbab. Banyak juga sih yang memuji dan mendoakan, tapi lebih banyak lagi yang marah, kecewa, dan bahkan memaki-maki.

Apalagi sehari setelah pengumuman lepas jilbabnya, Zara seperti memamerkan rambutnya yang dicat pirang dengan panjang sebahu. Postingan itu langsung diserang sebagian netizen. Ada yang menghujat Zara sebagai jamet alias ‘jawa metal’ alay, atau seperti Pinkan Mambo sampai wibu.

Sebagian netizen juga bilang perilaku Zara jadi semakin buruk setelah melepas hijabnya. Pak Ridwan Kamil sendiri bahkan terbang langsung ke Inggris untuk menemui putrinya. Ibu Zara, Atalia Praratya, juga bilang kaget bahwa Zara sampai mengumumkan pelepasan jilbabnya melalui medsos.

Atalia bilang, putrinya memang sudah cukup lama mendiskusikan rencananya lepas jilbab. Sang ibu juga bilang, dia mengizinkan putrinya melepas jilbab kalau itu akan membuatnya bahagia. Tapi dia tak sangka Zara sampai merasa harus mengumumkannya lewat medsos. Kabarnya Zara sekarang dimina untuk jangan bermain medsos dulu.

Kami di PIS mendoakan agar Zara bisa menjalankan keinginannya dengan aman dan bahagia. Kami menganggap sama sekali tidak pantas Zara dicerca karena dia memilih melepaskan jilbab. Pilihannya harus dihormati. Dia sama sekali tidak melakukan tindak kriminal. Dia tidak merugikan siapapun.

Zara, menurut kami di PIS, sekarang ini tiba pada keyakinan baru tentang apa yang disebut sebagai cara berpakaian yang benar dalam islam. Ini adalah soal interpretasi. Dulu dia percaya bahwa berjilbab itu wajib.

Sekarang, setelah belajar dan berdiskusi, dia sudah tiba pada keyakinan bahwa jilbab tidaklah diwajibkan bagi perempuan muslim. Dia tidak meninggalkan Islam. Dia tidak mengabaikan Islam. Dia cuma punya cara interpretasi baru tentang ajaran islam. Kita sebaiknya tidak bertengkar tentang interpretasi mana yang benar.

Di dalam Islam, banyak sekali perbedaan penafsiran.
Itu biasa saja. Jadi kalau sekarang Zara percaya bahwa jilbab itu tidak wajib, ya biasa saja. Pilihan Zara untuk melepas jilbab tidak terjadi tiba-tiba. Sejak tahun lalu, cara berpakaian Zara yang semula serba tertutup mulai berubah.

Di beberapa foto instagramnya di NewCastle, lehernya terlihat. Kini rupanya tekadnya sudah bulat. Pada tanggal 5 April, ia mengumumkan dia melepaskan jilbab. Tapi, tolong dicatat, dia melepas jilbab tidak dengan gaya seenaknya, liar atau memberontak. Narasi yang disampaikan di Instagramnya sangat sopan dan dewasa.

Zara bilang, sebelum ini ia ia sudah berdiskusi panjang dengan keluarga. Ia mengaku pelepasan jilbab ini adalah bagian dari pejalanan pencarian keyakinannya. Dia mengatakan tidak tertutup kemungkinan ia akan kembali berkerudung. Tapi kalau itu terjadi, itu harus datang dari pencarian keyakinan oleh dirinya sendiri, bukan oleh permintaan lingkungan atau orang lain.

Zara menulis, seorang muslim yang baik adalah mereka yang melakukan syariat ajaran agama dari hati. Ini bukan soal penampilan, melainkan soal hati yang bersih, katanya. Zara juga bilang, ini adalah caranya untuk jujur, karena ia tidak suka berbohong dan tidak suka dibohongi.

Dalam instagramnya itu, Zara menekankan bahwa keputusan ini diambilnya secara mandiri, Tulisnya: “Aku bukan papaku, aku bukan mamaku, dan aku bukan kakakku. Tapi aku adalah gabungan mereka semua, semua didikan mereka selalu aku terapkan, dan aku adalah AKU.”

Zara minta agar publik tidak menyalahkan kedua orangtuanya. Menurut Zara, ayah dan ibunya mendidik dirinya untuk menjadi perempuan yang cerdas, berkarakter dan beragama. Namun, keputusannya untuk melepas jilbab adalah pilihannya sendiri. Dengan bijak Zara juga menyarankan agar follower instagramnya, segera mengunfollow dia bila mereka tidak suka dengan keputusannya.

Ia bahkan menyarankan, kalau ada brand yang sedang bekerja sama dan merasa dirugikan oleh keputusannya, bisa langsung berbicara dengannya.
Dari narasi yang ia berikan, kita semua bisa merasakan ketulusan, kejujuran, keberanian, dan kedewasaan Zara, Karena itu sungguh mengherankan kalau sikapnya harus direspons dengan caci maki.

Sebagian orang mungkin menganggap bahwa mereka harus bersikap keras terhadap Zara demi menegakkan kebenaran. Di antara komentar-komentar terhadap Zara, misalnya ada yang menyatakan bahwa berjilbab itu adalah sebuah kewajiban yang harus dijalankan oleh setiap Muslimah dewasa, tanpa kecuali.

Mereka menganggap Zara berubah pikiran karena sekarang terpengaruh oleh budaya masyarakat Inggris yang menjadi tempat tinggal Zara saat ini. Masalahnya, apakah hanya ada satu tafsir tunggal tentang jilbab? Dalam hal ini, kita harus bersikap jujur dan objektif. Kita perhatikan saja apa yang terjadi di dunia Islam.

Hanya ada dua negara yang mewajibkan warga perempuannya menggunakan jilbab. Dua negara itu adalah Afghanistan dan Iran. Negara-negara Islam lainnya tidak. Termasuk Arab Saudi. Dulu Saudi memang mewajibkan semua perempuan di negaranya menggunakan jilbab. Tapi dalam beberapa tahun terakhir, kewajiban itu dicabut. Pemerintah Saudi sekarang mengizinkan setiap perempuan memilih sendiri, mau berjilbab atau tidak berjilbab.

Aturan wajib jilbab itu dicabut karena pemerintah tidak mau lagi menggunakan tafsir ajaran kaum Wahabi yang terkenal konservatif dan kaku. Sikap Saudi yang toleran terhadap perbedaan tafsir itu yang juga dianut negara-negara Islam lain atau negara dengan penduduk muslim mayoritas lain. Yang ingin saya katakan adalah mayoritas muslim di dunia ini menghargai perbedaan tafsir soal jilbab.
Bila berjilbab adalah ajaran Islam yang mutlak, mengapa justru hanya dua negara Islam yang mewajibkannya?

Di Indonesia sendiri, gejala jilbab ini baru berlangsung sejak tahun 1990an.
Sebelumnya selama berabad-abad kaum muslimat Indonesia tidak berjilbab.
Kita tentu tidak bisa mengatakan Islam di Indonesia dulu salah, dan yang benar adalah yang terjadi di abad 21 ini. Tafsir Islam memang tidak pernah bersifat Tunggal. Bagi mereka yang menganggap kewajiban jilbab itu adalah mutlak, mungkin sebaiknya membuka kembali ayat-ayat dalam Al Quran yang menjadi rujukan tentang jilbab.

Ayat yang menjadi sumber utama diskusi mengenai jilbab adalah Surat An-Nur ayat 31. Dalam ayat itu dikatakan bahwa Wanita beriman harus menahan pandangan dan kemaluannya, jangan menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak darinya, dan HENDAKLAH MEREKA MENUTUPKAN KAIN KUDUNG KE DADANYA..” Jadi terlihat jelas bahwa yang wajib dilakukan Wanita beriman adalah menutup dadanya.

Selain itu ada pula surat Al-Azhab ayat 59 yang menyatakan bahwa perempuan beriman hendaklah mengulurkan jilbabnya ke tubuh mereka. Dan menurut ayat itu, penggunaan jilbab itu perlu dilakukan supaya mereka lebih mudah dikenal dan tidak diganggu. Karena itu, banyak ulama di dunia yang menganggap tidak ada ajaran tunggal tentang jilbab dalam Islam. Yang lebih umum diterima adalah doktrin bahwa perempuan beriman harus menjaga kesopanan pakaiannya, tanpa ada definisi yang tegas tentang apa yang disebut sebagai ‘pakaian sopan’ tersebut.

Salah seorang ulama terkenal di Indonesia, Pak Quraish Shihab misalnya, mengatakan bahwa batas aurat wanita tidaklah secara jelas ditegaskan dalam ayat-ayat Al Quran. Namun dia tetap menganggap setiap muslim – baik pria maupun perempuan – harus menjaga kepantasan pakaiannya.

Jadi, kalau begitu, apakah logis bila Zara pada akhirnya merasa bahwa berjilbab bukanlah kewajiban yang harus diikutinya? Saya rasa, sangat logis.
Seperti dikatakan Zara dengan bijak, pelepasan jilbab ini adalah bagian dari pejalanan pencarian keyakinannya. Apakah suatu saat dia akan berubah pikiran dan kembali mengenakan jilbabnya kembali? Mungkin saja.

Tapi yang terpenting, marilah kita izinkan Zara mengambil pilihan sejalan dengan keyakinannya. Zara tahun ini berusia 20 tahun. Dan dia sudah dewasa untuk menentukan pilihannya sendiri. Ayo gunakan akal sehat.
Karena hanya dengan akal sehat, umat manusia akan selamat.

Artikel Terkait

Terbaru

spot_img