Kontes kecantikan transgender di Bekasi batal digelar. Kontes “Rising The Queen” itu rencananya bakal diadain 26 September di Bekasi Junction Mall. Tapi sebagian masyarakat muslim dan tokoh agama Bekasi menolak keras acara itu. Akhirnya pada 24 September diadakanlah pertemuan. Pertemuan itu dihadiri pihak mall selaku pemilik gedung, Camat Bekasi Timur, perwakilan ormas Islam, dan Satpol PP Bekasi Timur.
Dari pertemuan ini diputuskan acara ini batal digelar. Pihak mall menentang keras acara ini karena dianggap menyimpang dari norma Pancasila dan bikin ricuh di masyarakat. Club J Pluto selaku penyelenggara acara juga kabarnya bakal ditutup. Alasannya, karena belum bayar uang sewa dan sudah menunggak beberapa kali ke managemen mall. Pihak Club J Plato akhirnya minta maaf atas keresahan ini.
Mereka bikin video dan surat pernyataan pembatalan kegiatan yang ditandatangani camat, kepolisian, dan ormas. Menurut masyarakat dan beberapa tokoh agama batalnya acara ini bukan tanpa alasan. Mereka menganggap kaum transgender alias waria bertentangan dengan ajaran agama. Dalam pandangan mereka, Hukum Islam hanya mengakui 2 jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan. Masyarakat Muslim Bekasi ngerasa prihatin karena menganggap Bekasi punya sejarah yang kuat soal nilai-nilai Keislaman.
Beberapa tokoh agama juga negasin acara ini nggak mencerminkan karakter dan identitas Kota Bekasi yang berlandaskan nilai-nilai religius.
Duh, kok diskriminatif banget ya? Acaranya nggak bermasalah secara hukum. Nggak ada hukum yang dilanggar dari acara itu. Masalahnya, kita sering mendahulukan opini kita tentang sesuatu, sehingga hukum dipaksakan untuk mengikuti opini kita. Dalam KUHP yang baru, LGBT termasuk juga waria, dilarang kalo melakukan hubungan seksual di luar pernikahan dengan anak di bawah umur.
Larangan ini juga berlaku kepada non-LGBT. Mungkin banyak dari kita yang belum bisa menerima acara itu dan aturan hukum tentang LGBT. Tapi sebagai warga yang taat hukum, kita harus bisa menghormati keberadaan kelompok lain yang nggak kita suka. Ngelihat kasus ini jadi kangen sama almarhum Gus Dur. Kiai besar NU itu berani pasang badan membela kelompok minoritas seksual itu atas nama kemanusiaan. Bahkan Gus Dur hadir di acara kontes waria pada 2006 di Jakarta, saat banyak pihak menghujat acara tersebut.
Stop diskriminasi kaum LGBT!