Kelompok intoleran yang suka mempersulit perayaan Natal, pasti bakal ciut nyalinya. Wakil Presiden kita, Mas Gibran Rakabuming Raka, sudah pasang badan untuk menegakkan hak kebebasan beribadah. Dia bahkan kasih ultimatum buat kelompok pemecah belah keragaman itu. Ini disampaikan Mas Gibran waktu menghadiri pelantikan Pengurus Pusat Pemuda Katolik 2024-2027.
“Kalau ada yang dipersulit saat misa atau perayaan Natal, segera lapor ke polisi, TNI, Pemda, atau langsung ke saya,” katanya. Dia juga infoin soal program Lapor Mas Wapres, lengkap dengan nomor WhatsApp dan telepon untuk mempermudah aduan.
Komitmen dari pemerintah pusat ini bukan sekadar omongan. Presiden Prabowo sendiri dalam rapat kabinet baru-baru ini menekankan pentingnya persiapan Natal dan Tahun Baru. Pesannya jelas: ibadah harus berjalan aman, nyaman, dan penuh sukacita. Tapi statement dari pemerintah pusat ini mengundang respon negatif dari pegiat media sosial, Permadi Arya.
Dia singgung kasus-kasus intoleransi yang terjadi di sepanjang tahun 2024. Menurutnya, dalam bulan ini aja terjadi 2 kasus. Pada 2 Desember, terjadi pelarangan latihan koor Natal di Bulukumba, Sulawesi Selatan. Pada 8 Desember lalu ada pelarangan ibadah natal di Perumahan Ciptagraha, Permai, Kabupaten Bogor. Pada bulan sebelumnya, ada lebih banyak lagi, bahkan sampai aksi pembunuhan. Di antaranya, pembubaran doa di Gresik, persekusi di Pandeglang, dan penusukan mahasiswa Katolik saat doa Rosario di Pamulang.
“Kalau aparat dan pemda benar hadir, kasus kayak gini nggak bakal terus-terusan terjadi”, kata Permadi.
Dia minta negara serius hadir melawan intoleransi, bukan cuma retorika semata.
“Karena jika ini dibiarkan pak wapres, ini akan jadi bibit perpecahan dan potensi disintegrasi bangsa,” katanya. Kasus-kasus yang dibeberkan Permadi adalah faktual dan kita nggak bisa menutupinya. Tapi, Mas Gibran sendiri punya track record bagus soal keberagaman waktu jadi Wali Kota Solo. Contohnya, dia pernah turun tangan langsung saat ada isu penolakan pendirian gereja di Solo pada 2023. Dia mencopot spanduk penolakan yang dipasang kelompok intoleran di sekitar lokasi.
Dia juga memfasilitasi panitia pendirian gereja untuk segera melengkapi persyaratan. Dia juga mengajak dialog kelompok-kelompok kepentingan lainnya untuk cari solusi damai. Mas Gibran menginisiasi acara ‘Solo Bersatu dalam Keberagaman’ yang melibatkan pemuka agama dari berbagai keyakinan. Hal-hal ini nunjukkin kalau dia bukan cuma bicara, tapi juga bergerak nyata. Tapi, langkah pemerintah pusat ini nggak akan berhasil, tanpa dukungan masyarakat, aparat, dan pemda.
Sinergi dan kolaborasi dengan semua pihak yang mencintai keberagaman mutlak harus dilakukan. Lapor Mas Wapres adalah langkah awal jadi bukti kalau pemerintah hadir. Jadi, kalau ada kasus intoleransi, segera laporkan. Apa yang dicanangkan pemerintah pusat ini jadi momen pembuktian, apakah kebebasan beribadah benar-benar jadi nyata, bukan cuma janji. Kalau itu berhasil, kepercayaan publik bakal makin kuat bahwa Indonesia adalah rumah bagi semua, tanpa terkecuali. Kita kawal bareng-bareng ya agar Natal berlangsung aman dan damai.
Damai Natal untuk kita semua!