Cuma mengeluh Tuhan nggak adil, seorang laki-laki dikeroyok sampe babak belur. Gila nggak tuh? Persekusi atas nama agama ini jangan dinormalisasi ya.
Jadi, ada laki-laki berinisial MB dikeroyok secara brutal oleh beberapa orang nggak dikenal di dekat Stasiun Pondok Cina, Depok, pada 15 Februari lalu. Awalnya, korban turun dari KRL Commuter Line dari Thamrin, Jakarta Pusat. Karena HP-nya lowbat, dia numpang nge-charge di lapak tukang dimsum.
Sambil nunggu baterai HP-nya terisi, dia mengeluh ‘Tuhan tidak adil’ dan terdengar beberapa orang. “Kenapa ya, Tuhan enggak adil. Padahal ada Allah, tapi kenapa banyak kejahatan di dunia ini,” begitu kira-kira kata korban. Beberapa orang langsung ngegas. Tanpa banyak omong, mereka langsung nyerang korban rame-rame. Dikeroyok lebih dari satu orang, korban kena pukulan di wajah, kepala, dan bibirnya sampe pecah berdarah. Dia nggak sempat bela diri karena semuanya terjadi begitu cepat.
Setelah dihajar habis-habisan, beberapa orang di sekitar akhirnya melerai. Korban udah ngelaporin kejadian itu dan sedang dalam penanganan Polres Metro Depok. Menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Ade Ary Syam Indradi, penyebab pengeroyokan itu karena para pelaku menganggap korban menistakan agama.
Apa yang dialami korban jelas persekusi atas nama agama. Korban seolah melakukan penyimpangan dari doktrin agama. Sebaliknya, pelaku seolah membela kehormatan agama, nggak peduli disikapinya dengan cara-cara kekerasan. Akal sehat, cinta kasih, dan dialog nggak dipakai sama sekali.
Kita nggak tahu musibah apa yang lagi dilalui korban sampe dia mengeluh kaya gitu. Mungkin korban lagi dalam titik terendah dalam hidupnya. Mungkin dia mau ngeluarin unek-uneknya aja sebagai coping mechanisms. Kenapa para pelaku nggak membantu korban, minimal mendengarkan curhatnya? Kenapa para pelaku justru mengeroyok korban ketika korban di titik terendah dalam hidupnya?
Agama apa yang mengajarkan ketika seseorang lagi mengeluh soal hidupnya, ganjarannya adalah kekerasan? Justru menyelesaikan persoalan dengan jalan kekerasan adalah penyimpangan dalam agama. Dan penyimpangan dalam agama itu selalu bermula dari tuduhan penistaan agama. Siapapun yang sudah mendapat label itu, seolah halal darahnya untuk ditumpahkan. Ini yang banyak terjadi di kasus-kasus pembunuhan dengan motif penistaan agama di Pakistan.
Karena itu, jangan anggap enteng tuduhan penistaan agama yang berseliweran, khususnya di sosial media. Konstitusi Indonesia menjunjung kebebasan berpendapat dan berekspresi. Merampas hak-hak itu adalah tindakan kriminal dengan hukuman berat. Polisi harus ngusut tuntas kasus ini dan nangkep semua pelaku biar kejadian serupa nggak terulang. Kalau hukum nggak ditegakkan, itu mengirim pesan yang buruk bagi edukasi masyarakat. Masyarakat bakal menganggap mengeroyok orang atas nama agama itu dibenarkan dan bukan tindakan melawan hukum.
Kalau dibiarkan, ini berbahaya buat kebebasan berpendapat dan berekspresi di Indonesia. Tiap orang punya perjalanan spiritualnya masing-masing. Ada yang percaya penuh sama Tuhan, ada yang ragu, ada yang nggak percaya sama sekali. Keberagaman perjalanan spiritual itu harus dihormati oleh setiap orang. Kasus di Depok ini jadi alarm penting buat kita bahwa kekerasan atas nama agama masih terjadi di sekitar kita. Stop kekerasan atas nama agama!