Jakarta, PIS – Film Sayap-sayap Patah terus dihantam propaganda hitam. Rupanya banyak yang kuatir kalau film anti radikalisme ini sukses di pasar. Yang terbaru, Sayap Sayap patah dituduh menjiplak film berjudul Broken Wings.
Tuduhan ini pertama kali dilontarkan seorang dosen IPB bernama Desi Suyamto melalui akun Facebooknya. “Ya ampun! Ternyata, judulnya cuma copy paste & Google Translate dari film India yang sudah rilis lebih dulu,” tulis Desi dengan jumawa.
Dia bilang plot cerita kedua film ini kurang lebih sama, hanya diganti event, cast, dan settingnya. “Seluruh Indonesia malu…,” tulis dengan nada melecehkan. Tuduhan tersebut kemudian viral di media sosial lain dan menjadi pemberitaan di beberapa media online.
Benarkah tuduhan itu? Sama sekali tidak. Si Desi ini yang seharusnya malu karena sembarang bicara. Baik alur cerita maupun karakter tokoh pada kedua film itu berbeda jauh.
Broken Wings menceritakan kisah cinta ala Romeo & Juliet di tengah kerusuhan politik di Bengala Barat sekitar tahun 1991. Ini sepenuhnya beda dengan Sayap-sayap Patah. Kisah Sayap Sayap Patah tidak berpusat pada kisah cinta yang tragis karena dipisahkan keluarga seperti Rome & Juliet.
Dua karakter utamanya Iptu Adji dan istrinya Nani. Adji adalah polisi dan anggota satuan anti-teror Densus 88. Sebagai anggota polisi anti-teror, Adji harus selalu berada di garis depan.
Padahal, istrinya sedang hamil tua anak pertama mereka. Kilmaks film ini adalah ketika Adji disandera oleh para napi teroris yang menguasai rumah tahanan di Mako Brimob. Jadi tidak ada mirip-miripnya
Yang mirip cuma judul. Tapi kalau yang jadi soal cuma judul, harap diketahui sejauh ini ada 31 film berjudul Broken Wings. Kemiripan judul film sih biasa saja. Lagipula film Broken Wings yang dari India itu baru rilis tanggal 26 Agustus.
Sementara Sayap-sayap Patah dirilis tanggal 18 Agustus. Jadi gak mungkinlah Sayap-sayap Patah menjiplak film yang rilis belakangan. Jadi ketahuan kan siapa yang harus malu?