Novi Citra Andayani, vokalis band Sukatani yang nyanyiin lagu “Bayar, Bayar, Bayar” sekarang jadi simbol perlawanan terhadap ketidakadilan. Dia ini kan terancam dipecat dari profesinya sebagai guru gara-gara nyanyiin lagu yang kritis terhadap polisi itu. Tapi sekarang dia makin dapat simpati. Bahkan skripsinya juga jadi bahan omongan di media sosial. Skripsinya di IAIN Purwokerto itu dianggap inspiratif dan membuka mata tentang arti penting music dalam perjuangan.
Di skripsi itu, Novi membahas pengembangan bakat seni musik melalui kegiatan ekstrakurikuler seni musik di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Purwokerto. Novi nunjukin gimana musik bisa jadi bagian penting dalam pendidikan anak-anak. Dia juga bahas bahwa musik punk bukan cuma soal gaya atau atribut, tapi ada ideologi di dalamnya. Yang menarik, Novi mengutip ucapan sastrawan Wiji Thukul sebagai motto. “Keberanian itu butuh dilatih, bukan datang secara tiba-tiba seperti wahyu Tuhan,” tulis Novi mengutip Wiji. Ditambah lagi, ada kalimat lain di halaman awal skripsi yang berbunyi: “Terhadap penindasan, seni kami melawan”.
Jadi bisa dibilang, Novi memang percaya betul dengan arti kesenian dalam perlawanan terhadap penindasan. Publik jadinya mengaitkan skripsi itu dengan lagu “Bayar, Bayar, Bayar” yang bisa dilihat sebagai lagu perlawanan. Lagu itu kan nyentil praktik pungutan liar oleh oknum polisi. Karena liriknya yang keras, lagu itu jadi semacam lagu wajib di kalangan anak muda.
Masalahnya, setelah banyak diputar dan dinyanyikan bahkan di acara demonstrasi Indonesia Gelap, tiba-tiba saja Sukatani mentakedown lagu itu dari semua platform musiknya. Di hari yang sama dengan penarikan lagu, Sukatani juga ngeluarin video permintaan maaf serta mengungkap identitas mereka. Mereka nggak bilang kenapa lagu itu diturunin, tapi public menduga pasti ada tekanan dari yang berwenang. Apalagi kemudian tersiar kabar Novi juga kena ancaman pemecatan dari pekerjaannya sebagai guru.
Sekolah bilang pemecatannya dilakukan karena Novi melanggar kode etik internal. Novi dianggap mengenakan pakaian yang tidak syar’i di panggung, yang berbeda dengan pakaian mengajarnya di sekolah. Tapi publik tetap curiga. Banyak yang lihat ini bukan cuma soal pakaian, tapi soal kebebasan berekspresi yang sering terbentur aturan kaku.
Dukungan terhadap Novi pun terus berdatangan. Dukungan terhadap Novi misalnya datang dari Federasi Serikat Guru Indonesia, dan Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) yang menganggap kasus ini berpotensi melanggar perlindungan terhadap guru. Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah menilai adanya dugaan mal-administrasi terkait pemecatan Novi tersebut. Dukungan juga datang Anggota Komisi I DPR RI Amelia Anggraini. Dia bilang. Novie harus mendapatkan dukungan untuk terus berkarya. Simpati terhadap Novi pun semakin meluas.
Apalagi kemudian beredar kabar ada empat enam anggota polisi dari Reserse Siber Polda Jawa Tengah diperiksa karena diduga melakukan represi terhadap Sukatani. Belum ada update soal hasil pemeriksaan, tapi Polda Jateng janji prosesnya bakal profesional dan transparan. Nama Novi kini menjadi symbol perlawanan bagi banyak orang. Sebagaimana ditulis dalam skripsinya, Novi mengajarkan bahwa seni bukan cuma hiburan, tapi juga alat pendidikan dan perlawanan. Kita harus dukung terus Novi. Saat suara dibungkam, kita yang harus lebih lantang!