Tahu kebijakan full day school (FDS)? Kebijakan itu ditolak tegas para ulama dari Nahdlatul Ulama (NU). Buat yang belum tahu, FDS itu kegiatan pembelajaran selama 5 hari, Senin sampai Jumat. Dimulai dari jam 6 pagi sampai 3 sore dengan total istirahat 2 kali. Ini ditolak NU di Forum Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar NU beberapa hari lalu. Koordinator Komisi Bahtsul Masail Qonuniyyah, Abdul Ghaffar Rozin, nggak nyaranin anak-anak sekolah dengan sistem FDS.
Bahtsul Masail Qonuniyyah adalah forum yang mengkaji persoalan-persoalan sosial terus ngambil keputusan berdasarkan hukum Islam. Gus Rozin bilang FDS awalnya ngacu sama Peraturan Presiden tentang Hari Kerja dan Jam Kerja Instansi Pemerintah dan Pegawai ASN. Tapi aturan itu, katanya, ditafsirin secara liar, sehingga berdampak kegiatan sekolah dilaksanain dalam lima hari, dengan durasi lebih panjang.
Menurut Gus Rozin, FDS ditolak ulama NU salah satunya karena faktor sosiologis. FDS ngenganggu pengajaran pendidikan karakter dan pendidikan keagamaan. Anak-anak, terutama anak-anak warga NU, enggak ngikutin kegiatan keagamaan sore hari setelah pulang sekolah. Dengan adanya FDS, Madrasah Diniyah dan TPQ milik NU akan kehilangan peserta didiknya. Bagi beberapa pengamat pendidikan, FDS memang bermasalah. Penambahan jam pelajaran anak di sekolah enggak otomatis ningkatin mutu pendidikan anak di sekolah. FDS juga dinilai sangat mengganggu psikis anak dan berpengaruh terhadap kesehatan anak.
Asal tahu aja, Finlandia itu negara dengan peringkat 1 dengan sistem pendidikan terbaik di dunia. Finlandia justru anti FDS. Jam pelajaran dimulai dari jam 9 pagi sampai jam 3 sore. Murid di sana didorong lebih banyak bermain, bersosialisasi, membaca buku, dan menekuni minat bakatnya. Mereka terapin jam pelajaran yang sedikit, tapi efektif buat para murid. Semoga aja kebijakan FDS dipertimbangin ulang ya. Yuk, bikin suasana menyenangkan dan efektif di sekolah.