Pilih Arab Saudi Jadi Tuan Rumah Piala Dunia 2034, FIFA Dikecam

Published:

FIFA lagi dihujat gara-gara pilih Arab Saudi jadi tuan rumah Piala Dunia 2034. Amnesty International bilang keputusan ini sangat berisiko. Itu karena Saudi punya catatan buruk soal HAM, mulai dari pekerja migran sampai kebebasan berekspresi.Steve Cockburn dari Amnesty bilang keputusan FIFA itu sembrono. “FIFA tahu pekerja bakal dieksploitasi atau malah mati, tapi tetep jalan terus,” katanya. Amnesty bilang FIFA seharusnya lebih serius soal perlindungan HAM sebelum tunjuk tuan rumah. Amnesty International juga menuding langkah FIFA ini bantu Saudi menghapus sejumlah catatan pelanggaran hak asasi manusia. Kelompok pekerja migran, serikat pekerja internasional, dan organisasi HAM global juga ikut protes keras Keputusan FIFA tersebut. Kecaman terhadap putusan FIFA ini berasalan mengingat ada laporan pekerja di Saudi disuruh kerja 10 jam di panas ekstrem buat bangun stadion baru.

Saudi jadi satu-satunya negara yang ajukan diri tuan rumah Piala Dunia 2034. Karena nggak ada negara lain yang jadi pesaing, otomatis Saudi yang kepilih. Sampai sekarang, FIFA belum kasih jadwal kapan Piala Dunia 2034 bakal digelar. Biasanya, Piala Dunia ini digelar mulai Juni sampai Juli. Tapi, karena cuaca Saudi pada bulan itu sangat panas, jelas itu jadi masalah. Kemungkinan besar, jadwalnya bakal digeser ke akhir tahun seperti Piala Dunia Qatar 2022. Saudi bakal menjadi negara kedua di kawasan Teluk yang jadi tuan rumah Piala Dunia setelah Qatar. Keinginan Saudi jadi tuan rumah Piala Dunia tidak terlepas dari keinginan Pangeran Arab Saudi Mohammed bin Salman Al-Saud (MBS). MBS pengen mengubah citra Arab Saudi menjadi negara yang mulai terbuka pada ekonomi lain selain minyak. Salah satunya di bidang olahraga.

Karena itu, Saudi gencar mengembangkan olahraga di negaranya untuk mengurangi ketergantungan pada minyak. Salah satunya dengan merekrut bintang-bintang sepak bola dunia, seperti Ronaldo dan Neymar ke liga domestik. Saudi juga kasih perhatian besar pada olahraga lainnya seperti tinju. Pada Mei lalu Saudi menggelar tinju kelas berat antara Oleksandr Usyk dan Tyson Fury di Riyadh. Tapi semua upaya Saudi itu nggak lepas dari kontroversi dan kritik keras dari aktivis. Isu yang paling mencuat, ya soal reformasi tenaga kerja yang dianggap belum cukup melindungi pekerja migran. Juga soal rekam jejaknya yang buruk soal HAM, khususnya sikap yang keras pada aktivis dan pengeritik pemerintah. Pada tahun 2020, The Independent bilang aktivis di Saudi mengalami penyiksaan, pelecehan, sampai pembunuhan. Saudi membantah tuduhan pelanggaran hak asasi manusia itu. Saudi ngaku udah lakuin reformasi buat lindungi pekerja lewat program Visi 2030. Bahkan, Menteri Olahraga Saudi bilang mereka udah banyak belajar dari pagelaran Piala Dunia sebelumnya.

Keputusan FIFA menunjuk Saudi adalah ujian besar bagi reputasi FIFA yang tercoreng karena sejumlah skandal dalam beberapa tahun terakhir. Dan yang terpenting, semoga Saudi bisa membuktikan negaranya menghormati hak asasi manusia.

Kita dukung Piala Dunia yang menghormati hak asasi manusia!

KATEGORI: SOLIDARITAS SOSIAL

Artikel Terkait

Terbaru

spot_img