Pimpinan Jemaat Ahmadiyah Indonesia Meninggal Dunia

Published:

Jakarta, PIS – Indonesia kembali berduka. Amir Nasional Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) Maulana Haji Abdul Basit Syahid meninggal dunia. Amir, begitu ia selalu disapa, meninggal di RS Sentosa, Bogor, pada 8 Oktober lalu.

 Ahmadiyah adalah gerakan spiritual transnasional. Pimpinan Ahmadiyah di suatu negara disebut amir atau gubernur. Sementara pimpinan tertingginya adalah khalifah yang saat ini berkedudukan di London, Inggris.

Posisi Amir dalam Ahmadiyah setara dengan posisi uskup dalam tradisi Katolik. Sejumlah tokoh nasional dan aktivis keberagaman mengungkapkan rasa duka atas kepergian Amir.

Mantan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin beserta istri mengunjungi rumah duka dan ikut sholat jenazah. “Semoga kami terus mampu melanjutkan perjuangan Bapak menebar nilai-nilai persaudaraan, kebangsaan, dan kemanusiaan,” tulis Lukman di akun Twitternya.

Aktivis Human Rights Watch Andreas Harsono menyatakan Amir melihat begitu banyak warga yang memperjuangkan kebebasan beragama dan berkeyakinan.  Bukan saja oleh warga Ahmadiyah, tapi Indonesia secara umum.

“Ini sebuah tren yang membuat beliau optimis pada masa depan Indonesia,” tulis Andreas. Duta Besar Republik Indonesia untuk Tunisia, Zuhairi Misrawi, belajar banyak hal dari sosok Amir.

“Meskipun Ahmadiyah dicaci dan diperlakukan diskriminatif, tapi Pak Amir selalu mengajarkan agar kita semua senantiasa tulus mengabdi pada agama, bangsa, dan kemanusiaan,” kata intelektual muda NU ini.

Kenangan juga datang dari intelektual muda Muhammadiyah, Najib Burhani. Najib dan sejumlah aktivis ormas Islam diundang almarhum Dawam Rahardjo dalam satu forum setelah kasus penyerangan Kampus Mubarak milik Ahmadiyah pada 2005.

Setelah itu, Najib sering bertemu dengan Amir, baik untuk penelitian disertasinya maupun di berbagai forum lainnya. “Semoga engkau bahagia di sisi Allah, diampuni seluruh dosa, dan diterima semua amal ibadahnya. Al-fatihah,” tulis Najib.

Amir lahir di Bandung pada April 1951. Ia menjadi Amir Nasional JAI sejak Juli 2001 sampai wafatnya. Selama 21 tahun, Amir memimpin JAI dengan penuh ketenangan dan melewati segala ujian dan tantangan dengan senyuman.

Ia juga terus mendorong putra putri Ahmadi Indonesia memberikan kontribusi yang terbaik untuk Indonesia. Sebelum meninggal, Amir menyampaikan wasiat agar kornea matanya didonorkan kepada Bank Mata Indonesia.

Amir benar-benar menjalani ajaran inti Ahmadiyah: Love for all, hatred for none. Selamat jalan, Amir.

Artikel Terkait

Terbaru

spot_img