Kalau di beberapa daerah di Indonesia ada kewajiban jilbab bagi siswi muslim, di Prancis yang terjadi justru sebaliknya. Sekarang sedang ada wacana melarang siswi sekolah untuk mengenakan abaya di sekolah. Abaya itu adalah busana panjang, longgar, berbentuk sederhana mirip jubah yang tidak menunjukkan lekuk tubuh. Biasa juga dihiasi manik atau border sederhana dan berwarna gelap. Di Prancis pakaian ini biasa digunakan siswi-siswi keturunan Timur Tengah yang berimigrasi ke negara sekuler itu. Rupanya cara berpakaian itu sekarang terasa mengganggu.
Menteri Pendidikan Prancis di sebuah wawancara televisi menyatakan dia berencana melarang penggunaan abaya di sekolah. Alasan dia, seharusnya identitas keagamaan tidak ditampilkan di sekolah. Sebenarnya sudah sejak lama ada aturan sejenis ini di Prancis. Sejak 2004, pemerintah sudah melarang pakaian yang membawa simbol-simbol agama. Termasuk di dalamnya salib, topi Yahudi, serta juga cadar dan jilbab. Tapi abaya selama ini dianggap cuma mode, jadi diizinkan.
Tentu saja pernyataan pemerintah untuk melarang abaya ini langsung bikin pro kontra. Banyak guru yang bilang mereka memang tidak nyaman melihat siswinya menggunakan abaya. Ketua Partai Republik, yang merupakan oposisi sayap kanan, juga menyatakan aturan ini seharusnya diterapkan sejak lama di sekolah. Tapi partai oposisi sayap kiri menganggap sebaliknya. Mereka menganggap aturan pelarangan abaya ini bertentangan dengan prinsip sekuler Prancis.
Masak cara berpakaian saja harus diawasi pemerintah? Menurut mereka, sebaiknya suka-suka orang sajalah. Ini memang menarik ya. Menurut kalian, perlu nggak sih pemerintah mengatur pilihan pakaian siswa? Yuk, proporsional dalam bersikap!