Jakarta, PIS – Betapa diskriminasinya warga Indonesia. Kali ini sasarannya umat Yahudi. Sepertiga warga Indonesia, ‘tidak atau sangat tidak setuju’ menghargai umat Yahudi sebagai manusia.
Bahkan lebih separuh warga keberatan bila bertetangga dengan umat Yahudi; ada guru Yahudi di sekolah negeri; dan ada pejabat pemerintah beragama Yahudi. Ini hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) terkait tingkat toleransi masyarakat Indonesia terhadap umat Yahudi.
Ada dua hal penyebab sikap intoleransi warga. Pertama, karena paham agama dan kedua sikap diskriminatif negara terhadap agama Yahudi. Ada sikap kurang inklusif agama yang memperlakukan keberagaman pada paham-paham keagamaan lainnya.
Indonesia mengakui enam agama: Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu. Yahudi tidak diakui di Indonesia. Padahal Yahudi adalah sebuah agama besar di dunia.
Menurut SMRC, ini bentuk tantangan untuk menciptakan masyarakat yang lebih toleran dan menghargai pluralisme. “Padahal berapa pun jumlah orang Yahudi di Indonesia, tidak ada yang membantah bahwa Yahudi adalah sebuah agama,” tulis SMRC.
Survei SMRC tersebut dilakukan secara tatap muka pada 10-17 Mei 2022. Sebanyak 1.220 responden dipilih secara random dan yang valid 1.060 responden dianalisis dalam survei tersebut.
Survei SMRC menjelaskan, masyarakat Indonesia menganggap Israel dan Yahudi itu sama. Sampai hari ini, Indonesia tidak mengakui negara Israel. Sentimen politik ini juga menjadi unsur penting membentuk opini masyarakat tentang agama Yahudi.
Padahal ada juga umat Yahudi menentang Israel. Mestinya antara Israel dan Yahudi bisa dibedakan, tapi masyarakat Indonesia sulit membedakan. Ayo! Buka mata dan obyektif! Jangan intoleran terhadap umat Yahudi.