Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ternyata menerapkan politik dinasti di DPR. Dua caleg terpilih yang seharusnya duduk di DPR disuruh PDIP melepaskan kursi mereka. Mereka harus merelakan kursi kepada keponakan Megawati, Romy Soekarno. Nama kedua caleg itu adalah adalah Sri Rahayu dan Arteria Dahlan. Mereka bertarung di daerah pemilihan Jawa Timur VI
Sri sebenarnya dapat 111 ribu suara dan Arteria dapat 62 ribu suara. Sementara Romy Soekarno hanya dapat 51 ribu suara. Jadi suara Romy jauh di bawah Sri dan Arteria. Kata Arteria, dia mundur karena diminta partai. Arteria juga menyatakan dia adalah petugas partai yang harus melayani Megawati dan keluarga. Kalau dilihat UU tentang Pemilu, seharusnya itu nggak boleh dilakukan. Caleg terpilih hanya boleh mundur kalau meninggal, sakit, terpilih jadi eksekutif, kena perkara hukum atau alasan pribadi lain yang tidak terkait partai. Sementara Sri dan Arteria mengaku mundur karena diminta partai.
Duuh PDIP, kok gitu amat sih? Kalau seorang caleg yang menang bisa mundur begitu saja untuk diganti caleg lain, bahaya banget dong Nasib demokrasi kita. Kalau partai bisa nentuin sendiri siapa yang lolos dan nggak lolos, ngapain juga kita harus bikin pemilu. Kesannya, PDIP jadi mengistimewakan Romy karena dia cucu Soekarno dan keponakan Bu Ketua Umum. Dengan langkah ini, PDIP mengabaikan begitu saja sekitar 170 ribu suara rakyat yang sebenarnya memilih Sri dan Arteria.
Ayo PDIP, buat apa sih maksain dinasti? Indonesia buat Semua, Bukan Cuma Buat Keluarga Mantan Presiden!