TIDAK PAKAI JILBAB AUTO MASUK NERAKA?

Published:

Masa cuma gara-gara nggak nutupin rambut, perempuan auto masuk neraka? Ini disampaikan Kumaila Hakimah di channel YouTube, Forbidden Question. Kumaila membuka video dengan ilustrasi yang menyentil. Ada dua perempuan, yang satu pake jilbab tapi jahat dan satunya lagi nggak pake jilbab tapi baik hati. Dia kemudian mempersoalkan, masa perempuan pertama langsung masuk surga dan perempuan kedua auto masuk neraka.

Menurut dia, kalo sistem di akhirat seperti itu, sistem itu aneh banget dan cacat. Memang ada yang meyakini jilbab itu buat mencegah pelecehan seksual.

“Tapi, data di dunia nyata, korban pelecehan banyak yang pake jilbab,” katanya. Ada juga yang bilang jilbab itu buat menjaga harga diri perempuan.
“Tapi harga diri kan sebenarnya konstruksi sosial juga,” kata Kumaila.

Ada beberapa istilah penutup kepala bagi perempuan di dalam Al-Qur’an, kata Kumaila. Salah satunya, jilbab. Kata jilbab ini digunakan untuk perintah menutup kepala bagi perempuan. Terkait ayat jilbab, Kumaila menjelaskan lebih jauh. Ayat itu muncul di zaman Nabi tahun 600-an Masehi dimana situasinya ketika itu beda banget sama sekarang. Waktu itu, tempat buang air jauh dari pemukiman. Perempuan yang ingin buang air sering mendapat gangguan, bahkan pelecehan.

Nah, karena situasi itu, turunlah ayat Al-Ahzab 59 yang nyuruh perempuan pake jilbab. Tujuannya, supaya perempuan itu mudah dikenali sebagai perempuan merdeka, bukan budak, biar nggak digangguin. FYI, perempuan merdeka saat itu bakal relatif aman dari gangguan karena mereka mendapat proteksi dari klannya sendiri. Kalo ada laki-laki yang mengganggu perempuan merdeka pada saat itu, maka laki-laki itu akan berurusan dengan seluruh anggota klan perempuan itu. Sebaliknya, karena perempuan budak nggak terafiliasi pada satu klan tertentu, maka keamanan dirinya lebih rentan. Dengan kata lain, tujuan yang mendasari turunnya ayat penggunaan jilbab adalah soal keamanan, bukan identitas sebagai muslim.

Perempuan Yahudi dan Kristen sebelum Islam datang juga pake jilbab karena faktor budaya Timur-Tengah. Karena itu, ada sebagian ulama yang nggak mewajibkan jilbab. Misalnya, Muhammad Sa’id al-Asymawi, cendekiawan asal Mesir. Ia berpendapat jilbab itu lebih soal budaya daripada kewajiban agama. Menurutnya, yang sesungguhnya diwajibkan adalah kesucian hati. Dan ini bukan hanya berlaku bagi perempuan, tapi laki-laki juga. Ulama dari Indonesia yang berpandangan sama adalah Quraish Shihab. Ahli dan penulis kitab tafsir al-Quran itu bilang perempuan nggak wajib pake jilbab. Yang penting, menjaga kesucian dan akhlak.

Memang tekanan bagi perempuan muslim buat pake jilbab di Indonesia nggak sekuat tekanan di Iran dan Afganistan. Tapi tetap aja, tekanan itu nggak boleh dipandang sepele. Apalagi kalo tekanan itu minjam tangan negara dengan menerbitkan perda wajib jilbab. Atau memanipulasi ajaran agama dengan menyatakan perempuan muslim yang nggak pake jilbab auto masuk neraka. Rambut perempuan bukan sarang dosa. Mari hargai perempuan yang ingin berjilbab maupun perempuan yang ingin nggak berjilbab.

Berjilbab cantik, nggak berjilbab juga cantik!
KATEGORI: PENCERAHAN

Artikel Terkait

Terbaru

spot_img