Tifa dan Geng Sebar Fitnah: Ibu Sudjiatmi Bukan Ibu Kandung Pak Jokowi!

Published:

Rasanya nggak berlebihan menyebut Tifa tukang fitnah. Bayangin aja, sebelumnya dia menyebarkan fitnah Pak Jokowi dengan tuduhan ijazah palsu. Kali ini, dia menyebarkan fitnah Sudjiatmi Notomihardjo bukan ibu kandung Pak Jokowi. Yang bikin heboh, teori itu dia lontarkan pas lagi ziarah ke makam keluarga Pak Jokowi di Solo — bareng Roy Suryo. Momen ini viral setelah videonya tayang di YouTube Refly Harun tanggal 7 Oktober lalu.

Tifa mengaku dia mendapat informasi dari warga lokal. “Tapi, warga Solo kan mengatakan kalau ibu Sudjiatmi ini adalah ibu tiri dari Joko Widodo. Ada juga versi yang mengatakan ibu angkat,” ucapnya. Dia bahkan jelasin lebih jauh, seolah membuat analisis genealogis. “Kalau ibu tiri kan konsepnya pak Widjiatno Notomihardjo adalah bapak kandung Joko Widodo” ucapnya lagi. “Dan ibu Sudjiatmi ini adalah salah satu istri dari bapak Widjiatno Notomihardjo”, lanjutnya.

Abis itu, Tifa mulai ngulik perhitungan umur yang jadi dasar kecurigaannya. Katanya, ayah Pak Jokowi lahir tahun 1940, Pak Jokowi 1961, jadi waktu itu umur sang ayah cuma 19 tahun. “Berarti pak Widjiatno Notomihardjo kalau benar bapak dari Pak Jokowi masih berusia 19 tahun waktu itu, kan gak lazim ya bapak 19 tahun,” kata Tifa. Dia juga nyebut ibu Pak Jokowi lahir 1943, jadi baru 18 tahun saat melahirkan. Menurut Tifa, umur segitu “aneh” buat orang tua biologis. “Jadi muda sekali kalau seandainya ini benar ibu kandung dari seseorang yang lahir 21 Juni 1961″, ucapnya.

Dari situ, dia “berhipotesis” Pak Jokowi punya ibu kandung lain. “Kita bisa berhipotesis ya, mas Roy, bahwa ini bukan ibu kandung Joko Widodo, jadi ada ibu lagi,” katanya menutup pernyataannya. Publik langsung rame, tapi bukan karena percaya, lebih karena heran sama logikanya. “Melahirkan umur 18 tuh biasa banget, apalagi zaman dulu,” tulis komentar salah satu netizen. “Nenek gue aja nikah umur 14, melahirkan umur 15”, tulis yang lain. Banyak yang bilang, kalau cuma umur dijadikan dasar curiga, itu nggak ada nilai ilmiahnya sama sekali.

Dan lagi, isu kayak gini bukan hal baru. Klaim “Sudjiatmi bukan ibu kandung Pak Jokowi” udah muncul sejak 2021. Waktu itu dikaitin sama seorang tokoh bernama Sulami, yang disebut aktivis Gerwani. Narasi itu udah berkali-kali dinyatakan hoaks oleh pemeriksa fakta dari Medcom, Suara.com, sampai TurnBackHoax. Faktanya jelas: Pak Jokowi adalah anak kandung Widjiatno Notomihardjo dan Sudjiatmi, lahir di RS Brayat Minulyo, Solo, 21 Juni 1961. Akta kelahirannya dikeluarkan Dukcapil Surakarta tahun 1988, dan nama kedua orang tuanya tercatat resmi. Saudara dan pengasuh Jokowi juga udah pernah diwawancarai detik X pada tahun 2017 lalu dan mereka bilang Sudjiatmi memang melahirkan Jokowi di rumah sakit itu.

Jadi kalau dasar curiga Tifa cuma “kata warga lokal” tanpa nama, tanpa dokumen, tanpa bukti medis itu bukan riset, tapi rumor. Dan kalau rumor itu sengaja disebarkan dengan niat menyebarkan disinformasi, ya itu sudah fitnah dan pencemaran nama baik. ⁠Bagi kami, Pergerakan Indonesia untuk Semua (PIS), ini jelas kejahatan yang tidak bisa ditoleransi. Serangan dan fitnah ini menunjukkan Tifa dan kelompoknya sudah kehilangan akal sehat. Integritas moral mereka pun layak dipertanyakan.

Kami menyesalkan pola lama yang berulang, yaitu ketika politik kehilangan substansi, yang diangkat malah hal-hal personal seperti asal-usul atau darah. Kami tidak mempersoalkan jika Tifa dan kelompoknya punya perbedaan pandangan soal kebijakan publik dengan Pak Jokowi. Misalnya, mereka enggak setuju dan mengkritik pembangunan infrastruktur di zaman Pak Jokowi yang dianggap menambah beban utang negara. Bagi kami, perdebatan semacam itu sehat dan mengedukasi publik soal pentingnya mempertimbangkan segala aspek dalam pembuatan kebijakan publik. Masalahnya, yang ditampilkan Tifa dan kelompoknya hanyalah gosip dan kebencian semata.

Kami berharap penonton PIS tidak terjebak dalam narasi yang terus-menerus mereka gulirkan. Narasi yang mereka sebarkan menyesatkan, merusak reputasi, dan mengikis kepercayaan pada data dan sumber yang kredibel. Yuk, kita jaga ruang publik dari narasi yang merusak dan menyesatkan!

Artikel Terkait

Terbaru

spot_img