Sekarang ini beredar kabar bahwa pemerintah Donald Trump akan merelokasi sementara 2 juta warga Gaza ke Indonesia.Jadi Gaza itu kan sedang akan dibangun kembali setelah hancur lebur oleh kebiadaban Israel selama 15 bulan terakhir. Karena itu warganya harus dipindahkan sementara. Dalam skema rencana itu, nama Indonesia disebut-sebut sebagai salah satu tempat pengungsian sementara. Tapi di Indonesia, rencana ini ditolak keras. Rencana pemindahan itu dituduh sebagai upaya terselubung untuk mengosongkan Gaza dan nantinya justru menjadi wilayah yang akan dikuasai Israel. Salah satu yang protes adalah Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional, Prof Sudarnoto Abdul Hakim bilang rencana ini justru ide jahat. Menurutnya, relokasi itu bisa disamakan dengan pengusiran paksa warga Gaza dari tanah kediamannya. “Dengan relokasi, kedaulatan Gaza semakin hancur karena dipastikan diokupasi oleh Israel atas nama rekonstruksi,” ucap Sudarnoto. Kasarnya, relokasi ini sama aja kayak penjajahan berkedok bantuan. Sudarnoto juga menekankan bahwa relokasi melanggar kesepakatan gencatan senjata, yang seharusnya jadi momentum perdamaian. Ide ini nggak cuma beban buat Indonesia, tapi juga memperpanjang krisis Gaza. Dia menyerukan Indonesia menolak rencana ini demi kedaulatan, kemerdekaan, dan hak asasi manusia.
Menurutnya, tugas utama komunitas internasional adalah melindungi warga Gaza dari pengusiran dan pembantaian, bukan memindahkan mereka. Dia juga menyerukan pengawasan ketat terhadap proses rekonstruksi Gaza agar tidak didominasi oleh Amerika Serikat dan sekutunya. “Kita harus perkuat konsolidasi, baik di tingkat nasional maupun internasional, untuk mendukung Palestina secara berkelanjutan,” pungkasnya. Wakil Ketua MUI, Anwar Abbas juga sepakat. Menurutnya, rencana ini adalah taktik melemahkan perlawanan Palestina. “Dengan mengurangi populasi Gaza, Israel dan AS akan lebih mudah mengontrol perlawanan,” katanya.
Bagi MUI, rencana ini tidak layak didukung karena penuh dengan kepentingan politik yang merugikan Palestina. Solusi yang dibutuhkan warga Palestina bukan relokasi, tapi kedaulatan penuh negaranya. Ide relokasi penduduk Gaza ini memang terasa mengada-ada ya. Saat rekonstruksi dilakukan, rakyat Gaza kan tetap bisa tinggal di sana. Ngapain juga harus pindah jauh ke Indonesia? Lagipula, di mana pula ada wilayah yang bisa disediakan untuk menampung dua juta orang Gaza? Indonesia itu nampung pengungsi Rohingya aja udah kelabakan. Apalagi harus jadi lokasi pengungsian ratusan ribu atau bahkan dua juta warga Gaza?
Btw ya, ide relokasi ini pertama disampaikan Steve Witkoff, bagian tim transisi Trump untuk urusan Timur Tengah. Dia bilang, relokasi bakal bantu warga Gaza hidup lebih baik dan mencegah pemberontakan. Lalu entah kenapa Witkoff kemudian menyebut Indonesia sebagai salah satu lokasi opsi penerima pengungsi. Kementerian Luar Negeri Indonesia sudah menyatakan akan menolak. Kata mereka, relokasi hanya memperkuat pendudukan ilegal Israel. Gencatan senjata harus jadi peluang dialog damai, kata Kemenlu, bukan relokasi paksa. Prof. Hikmahanto Juwana, ahli hukum internasional, juga kasih peringatan. Menurutnya, rencana Trump ini bisa jadi trik buat bantu Israel memperkuat penjajahannya. Jadi yuk kita sama-sama menolak negara kita jadi Lokasi pengungsian Gaza. Kita dukung kemerdekaan Palestina, bukan pengusiran Palestina.
Solidaritas untuk Palestina!