Aksi Demo Tolak Kemenangan Gubernur Tionghoa Pertama di Maluku Utara

Published:

Bukannya bangga Pilkada Maluku Utara 2024 bikin sejarah, sekelompok orang justru menggelar aksi demo di depan Kantor KPU Maluku Utara. Demo itu ditujukkan untuk menggagalkan kemenangan pasangan Shelly Tjoanda-Sarbin Sehe. Just info, Shelly adalah warga beretnis Tionghoa pertama yang terpilih sebagai Gubernur Maluku Utara. Dalam aksi demo itu nggak terdengar orasi terkait politik identitas. Yang mereka sampaikan adalah soal isu kecurangan yang masif.

Aksi itu oleh kelompok yang menamakan dirinya ‘Aliansi Masyarakat Maluku Utara’, pada 2 Desember lalu. Mereka menuntut keadilan dan menyebut ada dugaan kecurangan serius di beberapa TPS. Salah satu orator jelasin ada dugaan orang yang udah meninggal tetap ikut nyoblos. Di salah satu TPS ada 28 suara bermasalah. Menurutnya, kerja keras KPU patut diapresiasi, tapi Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) dituding merusak nilai demokrasi.

Dia mengklaim punya bukti lengkap dan siap bawa kasus ini ke permukaan. Dia juga menuntut Shelly-Sarbin di-diskualifikasi. Orator lain menyinggung soal isu oligarki. Dia pengen Sumber Daya Alam (SDA) Maluku Utara bisa dinikmati rakyat, bukan jadi alat investasi segelintir orang. Orator lainnya menuntut KPUD menghentikan proses rekapitulasi suara pilkada sampai masalah ini selesai. Dia ungkapin kalau ada indikasi kecurangan yang masif, money politics, dan keberpihakan pejabat daerah.

Kalo tuntutan yang disampaikan para demonstran soal isu kecurangan pilkada tentu bisa dimaklumi. Penyelenggara pemilu tinggalkan membuktikan tuduhan-tuduhan yang disampaikan. Masalahnya, kemenangan pasangan Shelly Tjoanda dan Sarbin Sehe juga diserang dengan isu politik identitas. Itu misalnya terlihat dari sejumlah komentar di media sosial.
“Kehadirannya Membawa Perpecahan”, tulis Malut Entertainment.
“Ingat, Ternate Tidore adalah tana para raja dan raja Islam, bukan raja yang lain”, komentar netizen.

Karena itu, wajar jika aparat keamanan mengeluarkan peringatan keras bagi aksi demo lanjutan. Kabag Ops Polres Ternate, AKP Rizal Fauzi, menyatakan bakal menindak tegas kalo sampai ada provokator yang bikin rusuh. Polisi minta semua pihak hormati mekanisme hukum kalau ada dugaan pelanggaran Pilkada. Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf, juga ikut bersuara. Dia berpesan agar warga Maluku Utara tetap jaga harmoni dan persatuan. Jangan sampai perpecahan merusak kedamaian yang udah terbangun lama, katanya. Terpilihnya Shelly Tjoanda mencetak sejarah bagi demokrasi Indonesia.

Dia warga beretnis Tionghoa pertama yang terpilih jadi Gubernur Maluku Utara pertama. Dia juga warga keturunan Tionghoa yang menjadi gubernur setelah Henk Gantung dan Ahok. Mempersoalkan kemenangan Shelly hanya karena identitasnya jelas mencederai semangat kebhinekaan kita. Politik identitas adalah cara kotor yang dilakukan untuk menyulut konflik yang memecah belah. Maluku Utara punya peluang besar menjadi contoh harmoni dalam keberagaman. Jika memang ada dugaan kecurangan yang dilakukan pasangan Shelly-Sarbin, mari disikapi dengan akal sehat.

Bawa semua bukti kecurangan itu ke meja hijau. Biarkan supremasi hukum yang bekerja, bukan mobokrasi. Jangan sampai kepentingan sempit sekelompok elite menghancurkan harmoni di Maluku Utara.

Yuk, kita jaga bersama demokrasi dan harmoni di Maluku Utara!

Artikel Terkait

Terbaru

spot_img