Jakarta, PIS – Bagi para pejuang demokrasi, Iran saat ini menjelma menjadi neraka. Berita tentang kebrutalan aparat keamanan negara kaum mullah itu terus menyebar. Yang terbaru adalah tulisan dari seorang aktivis perempuan Bernama Sepideh Qolian.
Dia sekarang sudah lima tahun mendekam di penjara. Tapi tulisannya bisa diselundupkan keluar dan sampai ke publik. Sepideh mengisahkan bagaimana dia disiksa dan dipaksa mengakui tuduhan melakukan kejahatan yang tidak dilakukannya.
Aktivis ini masuk penjara sejak 2018, atas tuduhan “Mengganggu keamanan nasional” karena mendukung aksi demo. Menurutnya, selama di penjara dia menjadi saksi tindakan brutal para investigator terhadap dirinya dan tahanan lain.
Dia juga bercerita tentang apa yang terjadi sejak tahun lalu, ketika di Iran berlangsung aksi perlawanan masyarakat sipil setelah tewasnya Mahsa Amini. Dia bilang di penjara, dia mendengar teriakan-teriakan yang membahana akibat unjuk rasa anti pemerintah di luar.
Dia mendengar teriakan yang khas dilontarkan demonstran Iran: “Perempuan, Kehidupan, Kebebasan”. Dia juga mengaku ketika demonstrasi terus memanas, terjadi perubahan di dalam penjara.
Blok penjara yang awalnya disebut tempat “Budaya” diubah menjadi Blok “Penyiksaan dan Interogasi”. Belum bisa diperkirakan kapan gejolak di Iran ini akan berakhir. Gelombang protes terjadi setelah kasus Amini terbongkar September tahun lalu.
Amini semula ditangkap hanya karena dianggap nggak pake jilbab secara benar. Tapi kemudian dia tewas di tahanan, mungkin karena tindakan brutal aparat. Sejak saat itulah banyak aktivis yang menyuarakan protesnya melalui demo. Sayangnya, ini lantas dihadapi dengan penuh kekerasan oleh pemerintah Iran.
Sebagian demonstran bahkan ditembaki dan dihukum mati. Rezim Iran ini memang parah ya, Kawan PIS. Solidaritas kita untuk Aktivis di Iran.