Organisasi pro-khilafah, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), muncul lagi. Kemunculannya bukannya di satu daerah, tapi di beberapa daerah. Ketua GP Ansor Nusa Tenggara Timur (NTT), Ajhar Jowe, bilang HTI sudah terang-terangan muncul di beberapa kota. Di antaranya Surabaya, Palembang, Yogyakarta, dan Samarinda. HTI bahkan sudah bawa atribut bendera Khilafah! Ini jadi perhatian serius GP Ansor NTT karena nggak mau ada konflik di daerah yang selama ini damai.
Ajhar bilang, kemunculan organisasi terlarang bisa jadi cara nge-pressure pemerintah, apalagi pakai simbol agama biar kesannya sah. Ini juga sinyal kuat buat negara dan seluruh masyarakat bahwa HTI belum benar-benar hilang. “Jangan sampai kita lengah! Gerakan mereka nggak bisa dianggap remeh,” kata Anjar. GP Ansor NTT juga menginstruksikan ke semua cabang buat siaga dan waspada agar jangan sampai kecolongan.
Ketua GP Ansor Kalimantan Barat (Kalbar), Rajuini, juga angkat suara. Menurut dia, meskipun HTI udah dibubarin, bukan berarti mereka stop bergerak. Masih ada pergerakan HTI di bawah tanah yang mesti diwaspadai. GP Ansor Kalbar bakal terus setia bela Pancasila dan NKRI, bukan ngikutin ideologi khilafah yang nggak cocok di Indonesia, katanya. “Mereka ancaman nyata buat keutuhan bangsa!” kata Rajuini. “Gerakan mereka bahaya, bertentangan sama Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, UUD 1945, dan keutuhan NKRI. Harus dicegah sebelum makin besar!” tambahnya.
Buat yang belum tahu, Hizbut Tahrir itu organisasi politik internasional yang lahir di Yerusalem tahun 1953. Pendiriannya digagas Syekh Taqiyuddin an-Nabhani. Hizbut Tahrir pengen bangun kembali sistem kekhalifahan Islam di seluruh dunia setelah Khilafah Ottoman di Turki tumbang setelah Perang Dunia I. Hizbut Tahrir beroperasi di banyak negara dengan London sebagai pusatnya. Hizbut Tahrir membawa ideologi khilafahisme yang anti-demokrasi dan nasionalisme karena mereka anggap nggak sesuai sama Islam.
Di banyak negara mayoritas muslim, Hizbut Tahrir terlibat dalam penumbangan pemerintahan untuk mengambil alih kekuasaan. Hizbut Tahrir menetapkan tiga tahapan untuk meraih kekuasaan. Pertama, pembinaan dengan mengidentifikasi dan merekrut calon anggota. Kedua, berinteraksi dengan masyarakat sebagai bagian dari masyarakat Muslim dengan harapan mereka memberikan dukungan bagi Hizbut Tahrir. Ketiga, mengambil-alih kekuasaan yang bertujuan untuk membangun jaringan pemerintah di bawah kekhalifahan baru.
Di Indonesia, Hizbut Tahrir berkembang dan tumbuh di Bogor, Kampus IPB, sejak tahun 1980-an. Di Indonesia, Hizbut Tahrir sering melakukan unjuk kekuatan. Pada 2013 Hizbut Tahrir menggelar demo di Monas dengan melibatkan ribuan anggotanya. Pada 2015 Hizbut Tahrir menggelar rapat dan pawai akbar di Gelora Bung Karno. Pada 2016 Hizbut Tahrir menggelar demo di Yogyakarta. Di setiap unjuk kekuatan itu, Hizbut Tahrir selalu membawa bendera khilafah, membentangkan spanduk ‘Khilafah Solusi’, dan berteriak mengganti sistem demokrasi. Pada Juli 2017 Pemerintah membubarkan Hizbut Tahrir Indonesia dengan mencabut status badan hukum mereka.
Bila sekarang Hizbut Tahrir mulai muncul lagi, ini peringatan buat kita. Jangan sampai ideologi mereka yang anti demokrasi dan menganggap warga non-muslim sebagai warga kelas kedua itu tumbuh subur. Kita harus waspada dan nggak gampang termakan propaganda mereka! Yuk, tolak organisasi anti demokrasi dan pro khilafah!