ALIANSI MASYARAKAT MUSLIM MENOLAK GUBERNUR PEREMPUAN-KRISTEN-TIONGHOA

Published:

Terpilihnya seorang perempuan beragama Kristen keturunan Tionghoa sebagai Gubernur Maluku Utara terus ditolak sebagian masyarakat. Sherly Tjoanda, nama tokoh itu, sebenarnya menang meyakinkan dalam Pilkada. Dia memperoleh 51,8 persen suara dukungan rakyat. Sementara pesaing terdekatnya Sultan Tidore Husain Alting hanya dapat dukungan 24,42 persen suara. Suara dua pesaing lainnya jauh lebih rendah lagi. Tapi sejak Senin lalu, rangkaian unjuk rasa terus berlangsung di KPUD di Kelurahan Kotabaru, Kota Ternate.

Para demonstran yang bergabung dalam Aliansi Masyarakat Muslim Maluku Utara meminta KPUD membatalkan hasil pilkada yang memenangkan Sherly. Di depan kantor PDUP, sempat terjadi benturan fisik antara demonstran dan polisi. Para peserta aksi menuduh adanya kecurangan, money politics, keberpihakan pejabat daerah, serta keterlibatan oligarki. Tapi sulit untuk menolak dugaan bahwa yang menjadi isu utama adalah bukan soal ketidakbersihan politik.

Di media sosial, bertebaran serangan terhadap identitas Sherly.
“Kehadiran Sherly Membawa Perpecahan”, tulis seorang netizen.
“Ingat, Ternate Tidore adalah tana para raja dan raja Islam, bukan raja yang lain”, komentar netizen yang lain.

Kemenangan Sherly sendiri memang mengejutkan. Penduduk di Maluku Utara, hampir 75 persen beragama Islam. Hanya 25 pesren yang beragama Protestan dan Katolik. Dengan komposisi penduduk semacam itu, banyak pihak sebelumnya menduga tidak mungkin Sherly bisa menang. Calon wakil gubernurnya memang muslim yang menjadi pejabat di Kementerian Agama Maluku Utara, bernama Sarbin Sehe. Tapi karena Shery disebut sebagai wakil ‘triple minority’, banyak orang menganggap dia tidak mungkin menang

Ternyata yang terjadi sebaliknya. Rangkaian survei yang dilakukan sebelum pilkada sudah menunjukkan keunggulan Sherly. Ini sebenarnya sangat bisa dimengerti. Sherly adalah mantan istri almarhum Benny Laos, Bupati Moritai 2017-2022. Benny sangat dicintai rakyat saat memimpin Moritai. Sherly sendiri rajin mendampingi kampanye Benny, ketika sang suami mencalonkan diri menjadi Gubernur Maluku Utara.
Dia juga tidak nampak sebagai istri pejabat yang angkuh dan berjarak dari rakyatnya. Benny meninggal akibat tragedy ledakan kapal di Pulau Taliabu, hanya enam pekan sebelum Pilkada digelar.

Sherly sendiri menjadi korban saat itu karena sedang juga berada di kapal yang sama. Ia mengalami patah kaki namun langsung dioperasi. Ketika 12 hari kemudian, Sherly dicalonkan jadi Gubernur untuk menggantikan Benny, dukungan pun mengalir deras. Nama Sherly diajukan oleh Nasdem, Demokrat, PKB, dan PAN. Sementara lawannya, seorang Sultan Tidore, didukung PDIP. Pasangan lainnya didukung koalisi Golkar-Gerindra.

Dukungan suara yang diperoleh Sherly datang dari delapan wilayah di Maluku Utara. Dari 10 kabupaten-kota di Malut, sebanyak 80 persen berhasil dikuasai Sherly. Dua wilayah yang tidak berhasil dimenangi Sherly ialah Kota Ternate dan Kota Tidore Kepulauan, yang dimenangkan Sultan Husain Alting. Kemenangan Sherly sebenarnya merupakan teladan tentang harmoni dalam kebegaraman. Karena itu, kita perlu berharap aksi-aksi massa ini bisa segera dihentikan. Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf, juga sudah ikut bersuara. Dia berpesan agar warga Maluku Utara tetap jaga harmoni dan persatuan.

Jangan sampai perpecahan merusak kedamaian yang udah terbangun lama, katanya. Mudah-mudahan masyarakat bisa bersikap dewasa. Jika memang ada dugaan kecurangan, bawa semua bukti kecurangan itu ke meja hijau. Biarkan supremasi hukum yang bekerja. Jangan sampai kepentingan sempit sekelompok elite menghancurkan harmoni di Indonesia.

Hidup Keberagaman!

Artikel Terkait

Terbaru

spot_img