Banyak WNA Bule Semena-mena Melecehkan Bali

Published:

Pemerintah nggak boleh tinggal diam membiarkan Pulau Bali kita dijajah oknum Warga Negara Asing. Akun Tiktok @noe.csetiawan ngegambarin betapa kelewatannya para WNA bule ini. Banyak Warga Negara Asing (WNA) yang bukan cuma liburan, tapi juga kerja, buka usaha, bahkan bikin ulah di Pulau Dewata.

Ada turis yang pernah nyolong truk, ugal-ugalan di jalan, sampai yang promosiin situs porno secara terang-terangan.

Sebagian memang punya visa kerja, tapi kebanyakan sih pakai visa kunjungan. Gaji para WNA ini jauh lebih besar daripada orang lokal. Gaji mereka bisa 100-200 ribu rupiah per jam, dibandingin sama UMR Bali yang cuma 2,8 juta rupiah per bulan.

Jauh banget kan, sementara banyak warga lokal yang kerja dengan bayaran jauh lebih rendah.

Bisnis mereka juga lebih nyasar ke sesama bule, jadi uangnya muter di antara mereka aja. Singkatnya: datang ke Bali, cari duit, hidup nyaman, tapi nggak nguntungin warga lokal. Noe juga sorot sikap warga Bali yang lebih ramah ke bule daripada wisatawan lokal. Dia cerita, pernah dilayanin buruk di restoran, sementara bule yang cuma pesan 1 bir malah diperlakukan kayak raja. “Kami ini saudaramu, harusnya dijamu lebih dari tamu,” sindirnya. Noe berharap, warga Bali bisa sadar dan gak membiarkan diri mereka diinjak oleh para WNA.

Sebenernya narasi Bali sedang dijajah ini udah lama disebut-sebut. Tapi anehnya, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sebelumnya, Sandiaga Uno gak sepakat dengan anggapan ini. Dia bilang, Bali jadi destinasi utama WNA dan jadi bawa pemasukan untuk devisa negara. Padahal aktivitas para turis ini udah jelas banget dengan istilah ‘menjajah’ alias menguasai. Mereka datang, menetap, mendominasi bisnis dan warga lokal cuma jadi penonton atau pekerja rendahan.

Apalagi, kejadian kriminal yang dilakuin WNA terus berulang. Yang terbaru, ada seorang pria asing yang bersikap semena-mena di Kerobokan, Kuta Utara. Dia diduga merusak kaca salon sampai masuk rumah warga tanpa izin dan terciduk hampir mencuri motor. Warga sekitar yang ada disana pun mengakui kalo pria asing ini sebagai perusuh. Pelaku kabarnya juga sempat berusaha kabur, tapi gagal karena ditangkap warga.

Kasus kayak gini bukan yang pertama, udah banyak laporan soal WNA yang bikin onar di Bali. Ada yang mabuk terus bikin kekacauan, ada yang ngehina budaya lokal, sampai yang doyan kabur dari tanggung jawab hukum. Tapi, kenapa mereka tetap bisa tinggal dan bisnis jalan terus?

Salah satu alasannya: regulasi kita terlalu longgar dan penegakannya lemah. Banyak WNA yang tetap bisa bisnis di Bali meski pakai visa turis. Bahkan ada yang pake sponsor warga lokal buat legalitas, tapi keuntungannya nggak balik ke warga sama sekali. Akibatnya, banyak bisnis lokal yang kalah saing, sementara WNA makin dominan. Ujung-ujungnya, kita sendiri yang rugi.

Bali dalam bahaya, bukan cuma karena kriminalitas, tapi juga ketergantungan berlebihan pada pariwisata. Kita nggak bisa terus-menerus mengorbankan warga lokal demi jaga citra wisata. Sudah waktunya aturan diperketat! Visa kerja harus dikontrol, bisnis WNA diawasi, dan pelanggaran hukum ditindak tegas. Kalau terus dibiarkan, lama-lama kita cuma jadi penonton di tanah sendiri. Jangan sampai Bali lepas dari tangan kita sendiri! Yuk desak pemerintah buat lebih tegas lindungi Bali!

Artikel Terkait

Terbaru

spot_img