Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta terpilih, Pramono Anung dan Rano Karno, lagi kena “serangan” netizen nih. Semua ini gara-gara aksi mereka saat meninjau banjir di Jakarta beberapa hari lalu. Rano Karno saat itu memilih naik perahu karet, sementara Pramono Anung pakai helikopter. Momen ini lalu viral dan jadi bahan omongan warganet. “Banjirnya cuma setinggi betis, tapi kok dia naik perahu karet,” tulis netizen. “Gagal fokus dengan cara duduknya, berlaga raja di dinasti Ming yang ditandu,” tulis netizen lain. “Rano kayak patung atau boneka yang ditarik pakai perahu,” tulis yang lain lagi. Ada yang nyeletuk, “Mau tinjau banjir atau mau piknik?”
Nggak kalah ramainya juga sindiran yang ditujukan kepada Pramono Anung. Banyak yang menilai pemakaian helikopter lebih ke pencitraan daripada upaya serius mengatasi banjir. Bahkan, ada yang nuding pemakaian helikopter itu pemborosan anggaran. Kalau sebatas hanya untuk memantau banjir, Pramono bisa menggunakan drone saja. Selain lebih murah, pakai drone jangkauannya juga bisa lebih luas dan lebih rinci. “Kenapa nggak pakai drone aja? Lebih murah, lebih efektif,” tulis seorang netizen. Netizen pun langsung membandingkan mereka dengan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka saat meninjau banjir. Saat itu Gibran juga turun meninjau lokasi banjir dan jalan kaki. Menurut Netizen, Gibran lebih memilih turun langsung merasakan penderitaan warga, tanpa pencitraan. Bahkan, ada juga yang bilang, “Kalau Gibran yang pakai perahu karet dan helikopter, dia pasti dihujat tujuh turunan.”
Nah, soal kritikan ini, Rano Karno akhirnya buka suara. Menurut Rano, nggak semua tindakan bisa menyenangkan semua orang. Dia juga bilang kalau dia dan Pramono sudah berbagi tugas dalam memantau banjir. Pramono meninjau dari udara, sementara Rano dari darat. Nah, kalau Pramono lebih santai merespons kritikan yang datang. “Kritik itu obat yang menyehatkan,” katanya. Ia juga berterima kasih atas semua masukan yang diberikan kepadanya. Menurutnya, penggunaan helikopter bukan keinginannya sendiri. Dia ditawari pakai helikopter biar bisa melihat kondisi banjir dari udara dengan lebih jelas. Dengan begitu, bisa lebih mudah mengetahui titik-titik penyumbatan air. Pramono pun membantah kalau pakai helikopter itu demi gagah-gagahan.
Banjir di Jakarta memang bukan hal baru, ya. Tiap tahun, tiap ganti gubernur, masalahnya tetap sama. Kerugian akibat banjir, memang sangat besar ya. Tahun 2024, diperkirakan kerugian ekonomi akibat banjir di Jakarta mencapai sekitar Rp 2,1 triliun per tahun. Kerugian bentuk lainnya adalah kehilangan nyawa. Karena itu memang pemerintah, utamanya Pemprov DKI Jakarta harus serius menangani ini. Apalagi diperkirakan sampai 20 Maret ini, Jakarta bakal mengalami hujan ekstrem. Jadi gak cukup hanya dengan tinjau begitu. Kabarnya sih Pemprov DKI telah mengantisipasi dengan membuat operasi modifikasi cuaca (OMC). Mudah-mudahan upaya itu akan berhasil ya. Selamatkan Jakarta dari banjir!