Ceramah Uas Diklaim Menyebabkan Warga Singapura Jadi Radikal

Published:

Jakarta, PIS – Menteri Dalam Negeri Singapura, K Shanmugam mengaku sudah mengawasi ceramah Ustaz Abdul Somad (UAS) beberapa tahun terakhir. Itu karena sejumlah warganya terpengaruh dengan ceramah UAS dan menjadi radikal. Salah satunya remaja berusia 17 tahun. Remaja itu meyakini bom bunuh diri sebagai tindakan kemartiran. Dia percaya mati sebagai pelaku bom bunuh diri akan mendapat surga. Kesimpulan itu muncul setelah remaja itu menonton ceramah UAS di YouTube. Remaja itu lalu ditahan pada Januari 2020 berdasarkan Undang-Undang Keamanan Dalam Negeri Singapura (ISA).

“Jadi Anda bisa lihat, ceramah Somad telah berdampak di dunia nyata,” ujar Shanmugam pada 24 Mei lalu.  Kementerian Dalam Negeri Singapura menyebut ceramah UAS sebagai ajaran ekstremis dan segregasionis. Hal itu tidak dapat diterima di Singapura yang masyarakatnya multi ras dan multi agama. Shanmugam menuding UAS sebagai sosok pemecah belah. Pernyataan Menteri Shanmugam mendapat tanggapan dari Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Boy Rafli Amar. Menurut Boy, masing-masing negara memiliki parameter tersendiri tentang radikalisme. Karena itu, sangat mungkin Indonesia dan Singapura terjadi perbedaan dalam penilaian.

“Singapura menolak kedatangan UAS karena mereka punya aturan hukum sendiri. Itu hak Singapura dan kita tidak bisa intervensi,” katanya.  Nampaknya ancaman radikalisme dari pengikut UAS yang dikemukakan Menteri Shanmugam bukan omong kosong. Pasca ditolak masuk Singapura, pengikut UAS melakukan kekerasan siber ke sejumlah akun sosial media milik petinggi Singapura.  Bahkan ada ancaman menyerang Singapura seperti serangan 11 September 2001 di New York. Singapura sudah menunjukkan ketegasan dalam membendung radikalisme di negaranya. Mudah-mudahan pemerintah Indonesia melakukan langkah serupa. Jangan beri ruang bagi tumbuhnya radikalisme.

Artikel Terkait

Terbaru

spot_img