Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) lagi rame dibicarain. Itu karena salah satu dosennya diduga jadi pelaku kekerasan seksual. Sorotan makin santer karena dosen itu malah diangkat jadi pejabat kampus.
BEM Unsoed sudah melayangkan protes melalui Twitter. Mereka bilang, kekerasan seksual bukan sebatas tindakan asusila, tapi kejahatan HAM!. Mereka juga bilang Unsoed gagal menegakan Permendikbud No. 30 Tahun 2021 tentang penanganan dan pencegahan kekerasan seksual di lingkungan kampus.
BEM Unsoed juga bikin aksi bagi-bagi dan masang seribu lebih pita hitam ke para mahasiswa yang lewat. Aksi itu dilakukan sebagai bentuk keprihatinan atas pelantikan dosen itu jadi pejabat kampus. Juga sebagai simbol mengawal langkah Rektorat Unsoed yang dianggap lambat dalam menangani kasus itu.
Infonya, yang jadi korban adalah sesama dosen. Wakil Rektor, Kuat Puji Prayitno, bilang keputusan pelantikan dosen itu sudah melalui banyak pertimbangan rektorat. Di antaranya potensi dan kompetensi yang dimiliki dosen itu.
Soal dugaan kekerasan seksual yang dilakukan, wakil rektor memastikan kasus itu sudah diselesaikan secara kekeluargaan. Wakil rektor membantah tudingan soal lambatnya penanganan kasus kekerasan seksual itu. Dia bilang itu bentuk kehati-hatian pimpinan dalam membuat keputusan.
Langkah yang diambil petinggi Unsoed itu jelas mengecewakan. Terkesan Rektorat Unsoed nggak sensitif dengan penanganan dan pencegahan kekerasan seksual di lingkungan kampus. Seolah petinggi kampus tetap memberi ruang bagi terduga pelaku kekerasan seksual.
Kalau penanganan terhadap korban yang berstatus sebagai sesama dosen aja mengecewakan, apalagi kalau korbanya adalah mahasiswa. Belum terlambat bagi petinggi Unsoed untuk mengevaluasi terduga dosen bermasalah itu, termasuk keputusan melantiknya.
AYO, LAWAN KEKERASAN SEKSUAL!