Gak nyangka ya, Gerakan Pemuda (GP) Ansor organisasi masyarakat di bawah Nahdlatul Ulama (NU) kegep bertindak anarkis. Mereka hancurin alat dan tempat judi di Kisaran, Sumatera Utara, pada 10 Januari lalu. Aksi ini awalnya bermula ketika mereka lakuin agenda long march dan orasi damai. Mereka berkeliling Kota Kisaran untuk menyuarakan keresahan masyarakat terhadap maraknya geng motor.
Tapi, pas aksi damai, mereka dapat informasi kalo ada 2 lokasi perjudian yang masih beroperasi, gak jauh dari Masjid Raya. Tanpa pikir panjang, massa langsung bergerak ke lokasi pertama di Jalan Imam Bonjol, dekat Irian Market. Di sana, mereka menemukan dua mesin judi yang masih aktif digunakan. Tanpa ragu, mereka amanin dua mesin judi itu.
Gak berhenti disitu, mereka lanjut ke tempat selanjutnya, yang kabarnya ada di sekitar Masjid Raya. Kali ini, situasi semakin panas. Mesin judi yang ditemukan langsung dihancurkan dan menyeret mesin-mesin itu keluar ruko dan bikin jalan raya jadi macet. Properti di sekitar lokasi juga ikut rusak dan kaca-kaca pecah akibat aksi tersebut. Mereka mengaku ini buntut dari kekecewaan warga terhadap Polres Asahan yang dianggap lemah dalam memberantas perjudian berkedok game. Massa makin emosional karena lokasi ini dekat dengan tempat ibadah.
Untungnya, sebelum situasi makin kacau, pihak kepolisian datang dan berhasil meredam emosi massa. Ketua I GP Ansor Asahan, Fajar Ritonga jelasin kalau gerakan ini bertujuan untuk ngasih tahu publik judi berkedok game zone masih merajalela di Asahan. Dia juga tegasin aksi sweeping mendadak kayak gini bakal terus berlanjut sampai perjudian benar-benar bersih. Farid berharap Polres Asahan bisa lebih tegas. “Kami meminta polisi menutup semua lokasi perjudian di Asahan demi ketertiban dan keamanan masyarakat,” katanya.
Tapi ternyata, aksi sweeping ini menuai kritik dari berbagai pihak. Ketua GP Ansor Asahan, Ali Sofyan Hasibuan, bilang kalau kejadian ini itu aksi spontan. Mereka awalnya cuma mau aksi damai soal geng motor, tapi begitu tau ada lokasi judi dekat masjid, mereka langsung bergerak. Di sisi lain, Kapolres Asahan, AKBP Afdhal Junaidi, menganggap memang perlu ada komunikasi yang lebih baik antara ormas dan aparat. Supaya aksi seperti ini nggak terjadi lagi dan berujung ricuh.
Akhirnya, GP Ansor Asahan klarifikasi dan minta maaf ke Kapolres Asahan, 15 Januari lalu. Ali Sofyan berdalih, insiden perusakan mesin judi bukanlah aksi resmi GP Ansor, melainkan ulah oknum. Mereka juga menegaskan komitmen buat mendukung polisi dalam memberantas perjudian, geng motor, dan kejahatan lainnya.
Duh, aksi GP Ansor ini gak patut dicontoh ya. Sebagai ormas yang seharusnya bergerak menjunjung tinggi moral, mereka malah main hakim sendiri. Perjudian memang harus diberantas, tapi kalau caranya sweeping dan perusakan, bukankah itu melanggar hukum? Bukankah lebih baik dorong kepolisian bertindak lewat advokasi atau tekanan publik secara konstitusional?
Ke depan, GP Ansor dan ormas lain harus lebih bijak. Semangat bela masyarakat itu penting, tapi jangan sampai bikin situasi makin runyam. Kita negara hukum, jangan sampai tujuan baik malah berujung chaos. Yuk, jadi ormas yang pantas diteladani!