Tokoh agama juga berperan dalam membangun demokrasi di Indonesia. Mereka mendampingi rakyat kecil yang tertindas, membela hak kaum minoritas agama, dan mengkritik penguasa yang dinilai melenceng dari nilai-nilai demokrasi. Singkatnya, tokoh agama nggak cuma ngurusin ibadah dan rohani doang.
Peran penting tokoh agama ini diingatkan akun Instagram Hope Circle Media dalam postingannya pada 24 Maret lalu. Dalam postingan itu, ditampilkan tokoh-tokoh agama bersuara lantang buat keadilan dan lawan kesewenang-wenangan.
Pertama, K.H. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Presiden ke-4 Indonesia ini, ulama NU sekaligus aktivis demokrasi sejak Orde Baru. Gus Dur mengkritik penguasa dengan humornya yang khas. Dia juga menolak otoritarianisme dan membela hak minoritas agama, etnis, maupun gender. Ketika menjadi presiden, dia membuka ruang bagi kebebasan berpendapat dan menghapus diskriminasi yang dialami warga Tionghoa.
Kedua, Pastor Y.B. Mangunwijaya alias Romo Mangun. Dia dikenal aktif membela hak rakyat kecil dan melawan ketidakadilan sosial. Dia kritis terhadap kebijakan pemerintah yang nggak berpihak kepada rakyat miskin. Dia menentang proyek pembangunan yang menggusur rakyat kecil, kayak kasus Kedung Ombo. Dia pakai pendekatan dialog dan pendidikan untuk membangun kesadaran politik rakyat.
Ketiga, Buya Syafii Maarif, mantan Ketua Umum Muhammadiyah. Buya Syafii dikenal sebagai intelektual Islam yang kritis terhadap korupsi dan politik identitas. Baginya, agama buat kebaikan, bukan alat politik kotor! Dia tegas mengkritik elit yang menyalahgunakan kekuasaan. Buya selalu dorong Islam yang inklusif dan sesuai nilai-nilai demokrasi.
Keempat, Pendeta Saafroedin Bahar. Dia aktif di gerakan pro-demokrasi saat Orde Baru. Dia memperjuangkan hak-hak sipil dan kebebasan beragama. Dia juga aktif dalam advokasi masyarakat yang tertindas.
Kelima, Bhikkhu Sri Pannavaro Mahathera. Dia sering bicara soal pentingnya etika dan moralitas dalam politik. Baginya, demokrasi harus dijalankan dengan kebijaksanaan dan welas asih. Dia mendorong umat Buddhis aktif dalam sosial dan demokrasi.
Keenam, Ida Pedanda Gede Made Gunung. Dia selalu menekankan konsep Dharma dalam kehidupan berbangsa. Menurutnya, pemerintahan yang baik harus mengutamakan kebijaksanaan, bukan represi. Menggunakan militer untuk menekan aspirasi rakyat, menurutnya itu bertentangan dengan nilai Dharma.
Tokoh agama yang berdiri di barisan demokrasi yang ditampilkan baru sebagian. Di luar itu masih banyak tokoh agama yang namanya bisa bertambah dalam list. Dari komunitas Muslim, di antaranya ada Buya Hamka, Dawam Rahardjo, dan Quraish Shihab. Dari Katolik, di antaranya ada Albertus Soegijapranata dan Frans Magnis Suseno. Belum lagi dari komunitas Kristen, Hindu, Buddha.
Intinya, para tokoh agama itu menunjukkan bahwa agama nggak hanya berkutat soal ibadah yang sifatnya personal aja. Agama juga inspirasi untuk menegakkan keadilan sosial dan melawan penindasan. Karena itu, para tokoh agama itu pasti menentang agama yang dimanipulasi buat bungkam kebenaran. Juga menentang ketika agama dimanipulasi untuk memenangkan kandidat tertentu.
Para tokoh agama ini memperlihatkan bahwa agama dan demokrasi bukan seperti air dan minyak yang saling bertentangan. Justru bagi para tokoh agama ini, demokrasi dan agama bisa berjalan berdampingan, bahkan saling membutuhkan. Dan nyali para tokoh agama itu sudah teruji berani berhadapan melawan rezim otoriter demi membela rakyat kecil.
Menurut kamu, siapa tokoh agama penjaga demokrasi yang belum masuk dalam list?